08 Februari 2010

"Tahun Baru, Hitungan Mundur Kiamat"

"Tahun Baru, Hitungan Mundur Kiamat"
Untuk anggota Forum Al Kautsar As Sunnah

Unj Fsi 29 Desember 2009 jam 11:32 Reply
Bismillahirrohmanirrohim

Tahun baru lagi. Kenapa selalu disebut tahun baru? Ironisnya lagi bahwa bumi itu sudah sangat tua. Kalau diibaratkan sebuah wajah, maka bumi adalah yang paling jelek. Kalau Jupiter, Mars, Pluto dan yang lainnya diibaratkan artis-artis Hollywood yang cantik, maka bumi adalah artis orkes kelas dorong. Oleh sebab itu, di era milenium seharusnya umat manusia di dunia membentuk kesepakatan kalau nama tahun baru harus diganti, sehingga ada pembaharuan.

Misalnya diganti dengan Kenaikan tahun, jadi sekperti naik kelas. Atau diganti Penambahan umur bumi, atau yang lebih radikal. Ganti saja dengan hitungan mundur kiamat! Jadi saat tahun baru orang-orang tidak akan menceburkan diri dalam pesta, tetapi memikirkan dosa-dosanya. Bukan bernyanyi tapi berdoa. Tidak bersenang-senang tapi tegang. Tegang memikirkan seandainya kiamat jatuh pada hari itu.

Biasanya tahun baru ngapain? Tiup terompet, bakar kembang api atau bakar petasan, itu kebiasaan masyarakat kebanyakan. Bed dengan segerombolan orang. Siapa? Tebak aja sendiri. Biasanya tiap tahun mereka baru meniupkan isu-isu baru , slogan-slogan serta propaganda baru yang, ehem, jarang ditepati. Ada juga yang bakar-bakar, bukan bakar kembang api, melainkan membakar pemukiman kumuh. Lalu mereka membuat konfrensi pers dan mengucapkan, ‘Selamaat Tahun Baru!’ hebat ya perayaan tahun baru segerombolan orang itu. Bisa bikin orang merasakan sesuatu yang baru. Sangat memabukan sampai semuanya mau muntah. Begitu menggiurkan hingga mereka mengulang tiap tahunnya.

Selain mengganti nama tahun baru, seharusnya pesta penyambutannya juga diganti. Bukan lagi yang isinya Cuma niup terompet atau bisingnya rentetan petasan dan megahnya kembang api, tapi ganti semua itu dengan suasana hening supaya semua bisa merenung. Sementara mereka bersorak –sorak sebenarnya bumi yang meeka pijak itu telah retak, rusak, bahkan nyaris meledak niklir Tahun Baru yangdisambut dengan ceria justru mendekaykan kita pada kehancuran bumi. Tahun baru tidak membuat bumi jadi baru, tapi tahun baru justru menjadikan kita semakin dekat pada….kiamat! bumi semakin tua, tapi kenapa dirayakan dengan pesta? Bukankah perayaan tahun baru sama saja dengan menyumpahi bumi yang sedang sekarat?

Hutan mulai hilang, pohon-pohon ditebangi tanpa ditanami kembali. Polusi semakin tinggi , awan pelan namun pasti mulai terkikis oleh asap-asap modern. Ozon semakin banyak yang bolong ditinju freon. Isi bumi disedot, tanah tercemar, air terkontaminasi, udara terpolusi. Patutkah semua itu dirayakan, dibuat pesta dan disambut dengan gelak tawa?

Mungkin kita semua sudah gila. Mungkin ini yang disebut zaman edan karena kita memang orang-orang edan yang menyaambut sebuah kehancuran dengan pesta. Bagaimana tidak gila bila ditengah itu sen\mua kita justru berkata, ‘selamat tahun baru!’ Siapa yang selamat? Tahun baru atau siapa? Apanya yang baru? Bumi justru semakin usang dan kusut, yang baru hanya kerusakan yang timbul karena tingkah-tingkah manusia.

Semoga tahun depan tidak ada lagi pesta atau perayaan. Maaf bukan bermaksud menggurui atau menghalangi kebahagiaan. Hanya sekedar mengingatkan bahwa ketika manusia menhitung maju, sebaliknya Tuhan menghitung mundur.

wallahu a'lam