Renungan dalam Do'a:
Ya Allah...
Kami bersimpuh dihadirat-Mu
Tunduk Mengharapkan kasih sayang-Mu
Illahi...
Sayangilah kami,
cukupilah dengan rizki-Mu yang halal.
dengan taat kepada-Mu,
terhindar dari kelalaian amal.
dengan kasih-Mu,
terhindar dari kemurkaan azab.
Wahai Yang Maha Sempurna.
Kabulkanlah permohonan kami,
perbaikilah kesudahan urusan kami.
Jauhkanlah dari kehinaan Dunia,
dan siksa akhirat. Amin.
Jika sendiri jangan merasa sepi, Ada Allah yang mengawasi.
Jika sedih jangan pendam dalam hati, Ada Allah tempat berbagi.
Jika marah, jaga fikiran dan hati, Ada Allah tempat menenangkan diri.
Jika susah jangan merasa pilu, Ada Allah tempat mengadu.
Jika gagal jangan berputus asa, Ada Allah tempat meminta.
Jika bahagia jangan menjadi lupa, Ada Allah tempat memuja.
Ingat Ada Allah diSetiap Waktu.
Pememnang Kehidupan adalah:
Orang yang tetap sejuk ditempat yang panas.
Yang tetep manis ditempat yang pahit.
Yang tetep merasa kecil meski telah menjadi besar, Dan
Yang tetep tenang ditengah badai yang paling hebat Serta
Tetep mengandalkan Allah dalm segala Urusan.
Kehidupan hanya sebuah Lintasan Peran.
Berjalanlah untuk mencari Ridho Allah.
Dengan memberikan karya terbaik untuk setiap peran,
Yang sedang diamanahkan kepada kita
You Read, You Know
Ilmu itu bisa datangnya dari MEMBACA.
12 November 2011
03 Oktober 2011
Renungan dalam Tulisan
"Ya Allah, ...
Ajarilah kami memberi sebelum menuntut,
berfikir sebelum bertindak,
santun dalam bertutur, sopan dalam berkata,
tenang di kala gundah,
diam ketika emosi melanda, instabilitas,
selalu bersahaja di atas romantika hidup,
bersabar dalam setiap mendapat ujian.
Jadikan penampilan kami perilaku yang selembut Abu Bakar,
sepintar Ali,
sebijaksana Umar,
sedermawan Utsman,
sesederhana Bilal,
setegar Khalid, dan sesejuk embun pagi hari,
sejernih air mata Ainun Mardhiyah.
Sehening malam kala sujud Qiyamullail,
seperti mentari yang tak pernah bosan menyinari buana.
Aaaamiiii ...
Jawaban dalam Al-Qur'an :
Terkadang kita bertanya kenapa kita diuji? Jawabannya adalah
pada QS Al Ankabut (29): 1-2
Kenapa kita tak mendapat yang kita inginkan? Jawbannya adalah
pada QS Al Baqoroh (2): 216
Kenapa ujian yang kita hadapi sebenarnya? Jawbannya adalah
pada Al Baqoroh (2): 286
Kalau kita sedih dengan ujian itu bagaimana? Jawabnnya adalah
pada QS Ali Imran (3): 139
Terkadang kita tak tahan lagi? Jawabannya adalah
pada QS Yusuf (12): 87 & Az Zumar (39): 53
Bagaimana kita menjalanihidup? Jawbannya adalah pada
pada QS Ali Imran (3): 200 & Al Baqoroh (2) 45
Jadi kepada siapa kita harus berharap? Jawbannya adalah
pada QS At Taubah (9): 129
Lalu apa yang kita dapat dari semua ini? Jawbannya adalah
pada QS At Taubah (9): 111
Rahasia Allah SWT:
Sesungguhnya Allah SWT merahasiakan 6 hal pada 6 hal lainnya:
1. Merahasiakan keridhoanNYA pada setiap ketaatan
2. Merahasiakan kemurkaanNYA pada setia kemaksiatan
3. Merahasiakan Malam Lailatul Qodar pada setiap malam Bulan Ramadhan
4. Merahasiakan Aulia-NYA di antara setiap manusia
5. Merahasiakan kematian pada usia setiap orang
6. Merahasiakan shalat Utama pada setiap (peluang) shalat
Kebanggaan:
Jangan bangga dengan kegagahan, karena tubuh terakhir cuma tinggal tulang.
Jangan bangga dengan pakaian, karena pakian terakhir hanyalah kain kafan.
Jangan bangga dengan mobil mewah, karena terakhir cuma keranda.
Jangan bangga dengan ranjang empuk, karena kasur terakhir
cuma tanah basah
Jangan bangga dengan gedung mewah, karena rumah terakhir cuma
lubang kubur
Jangan bangga dengan pangkat, karena kita akan kembali kepadaNYA ...
Innalillahi wa innailaihi roji'un ...
Kelelahan:
Kelelahan yang disukai Allah dan RosulNYA:
1. Lelah dalam jihad (9:111)
2. Lelah dalam da'wah (41:33)
3. Lelah dalam ibadah & amal (29:69)
4. Lelah dalam mengandung-melahirkan-menyusui (31:14)
5. Lelah mencari nafkah (62:10)
6. Lelah mengurus keluarga (66:6)
7. Lelah belajar (3:79)
8. Lelah dalam susah, miskin & sakit (2:155)
Ajarilah kami memberi sebelum menuntut,
berfikir sebelum bertindak,
santun dalam bertutur, sopan dalam berkata,
tenang di kala gundah,
diam ketika emosi melanda, instabilitas,
selalu bersahaja di atas romantika hidup,
bersabar dalam setiap mendapat ujian.
Jadikan penampilan kami perilaku yang selembut Abu Bakar,
sepintar Ali,
sebijaksana Umar,
sedermawan Utsman,
sesederhana Bilal,
setegar Khalid, dan sesejuk embun pagi hari,
sejernih air mata Ainun Mardhiyah.
Sehening malam kala sujud Qiyamullail,
seperti mentari yang tak pernah bosan menyinari buana.
Aaaamiiii ...
Jawaban dalam Al-Qur'an :
Terkadang kita bertanya kenapa kita diuji? Jawabannya adalah
pada QS Al Ankabut (29): 1-2
Kenapa kita tak mendapat yang kita inginkan? Jawbannya adalah
pada QS Al Baqoroh (2): 216
Kenapa ujian yang kita hadapi sebenarnya? Jawbannya adalah
pada Al Baqoroh (2): 286
Kalau kita sedih dengan ujian itu bagaimana? Jawabnnya adalah
pada QS Ali Imran (3): 139
Terkadang kita tak tahan lagi? Jawabannya adalah
pada QS Yusuf (12): 87 & Az Zumar (39): 53
Bagaimana kita menjalanihidup? Jawbannya adalah pada
pada QS Ali Imran (3): 200 & Al Baqoroh (2) 45
Jadi kepada siapa kita harus berharap? Jawbannya adalah
pada QS At Taubah (9): 129
Lalu apa yang kita dapat dari semua ini? Jawbannya adalah
pada QS At Taubah (9): 111
Rahasia Allah SWT:
Sesungguhnya Allah SWT merahasiakan 6 hal pada 6 hal lainnya:
1. Merahasiakan keridhoanNYA pada setiap ketaatan
2. Merahasiakan kemurkaanNYA pada setia kemaksiatan
3. Merahasiakan Malam Lailatul Qodar pada setiap malam Bulan Ramadhan
4. Merahasiakan Aulia-NYA di antara setiap manusia
5. Merahasiakan kematian pada usia setiap orang
6. Merahasiakan shalat Utama pada setiap (peluang) shalat
Kebanggaan:
Jangan bangga dengan kegagahan, karena tubuh terakhir cuma tinggal tulang.
Jangan bangga dengan pakaian, karena pakian terakhir hanyalah kain kafan.
Jangan bangga dengan mobil mewah, karena terakhir cuma keranda.
Jangan bangga dengan ranjang empuk, karena kasur terakhir
cuma tanah basah
Jangan bangga dengan gedung mewah, karena rumah terakhir cuma
lubang kubur
Jangan bangga dengan pangkat, karena kita akan kembali kepadaNYA ...
Innalillahi wa innailaihi roji'un ...
Kelelahan:
Kelelahan yang disukai Allah dan RosulNYA:
1. Lelah dalam jihad (9:111)
2. Lelah dalam da'wah (41:33)
3. Lelah dalam ibadah & amal (29:69)
4. Lelah dalam mengandung-melahirkan-menyusui (31:14)
5. Lelah mencari nafkah (62:10)
6. Lelah mengurus keluarga (66:6)
7. Lelah belajar (3:79)
8. Lelah dalam susah, miskin & sakit (2:155)

03 September 2011
20 Petunjuk Memilih Istri
20 Petunjuk Memilih Istri
Drs. M. Thalib
Istri yang shalih adalah perhiasan terindah bagi suaminya. Peran istri dalam kehidupan suami sangatlah besar. Istri yang shalih dapat membina rumah tangga sakinah dan penuh berkah. Istri seperti inilah yang menjadi dambaan setiap lelaki muslim.
Seperti apa istri yang shalih? Apa saja ciri-cirinya? Bagaimana mengetahuinya?
Artikel-artikel terurai menjawab semua pertanyaan tersebut berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Rasulullah SAW yang shahih. Insya Allah dengan memahaminya lelaki muslim dapat memilih istri yang shalih. Bagi wanita muslim, bisa menjadikan artikel artikel terurai sebagai pedoman untuk menjadi istri shalih.***
01. Taat Beragama
Rasulullah SAW bersabda :
"Perempuan
itu dikawini atas empat perkara, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan
agamanya agar dirimu selamat."
(H.R.
Bukhari dan Muslim)
Penjelasan :
Hadits
tersebut memberikan gambaran mengenai kriteria-kriteria yang menjadi bahan
pertimbangan seorang lelaki dalam memilih seorang perempuan sebagai istrinya.
Kriteria-kriteria tersebut adalah kecantikan, keturunan, kekayaan, dan
agamanya. Orang yang mengutamakan kriteria agama, dijamin oleh Allah SWT akan
memperoleh kebahagiaan dalam berkeluarga.
Agama atau diin ialah keyakinan yang disertai peribadatam sesuai dengan ketentuan syari'at Islam. Bila keyakinan dan peribadatan yang dilakukan seseorang menyimpang dari ketentuan syari'at Islam, orang yang melakukannya telah sesat. Untuk mengetahui ketaatan seseorang beragama, kita harus berpedoman pada ketentuan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Dalam memilih seorang perempuan untuk dijadikan istri, pertama kali hendaklah kita menilai ketaatannya dalam beragama seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits di atas. Tanda utama seseorang dikatakan taat beragama yaitu bila ia dapat menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar.
Orang yang beriman kepada Allah hanya meyakini ketentuan-Nya. Ia tidak akan mempercayai ramalan ahli nujum dan peramal misalnya, sebab orang yang mempercayai ramalannya berarti tidak sepenuhnya beriman kepada Allah SWT. Perbuatan seperti itu disebut SYIRIK karena berlawanan dengan keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang tahu segala yang ghaib. Orang yang berbuat syirik telah sesat.
Tanda lain seseorang dikatakan taat beragama adalah bila ia menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh Islam dengan tekun dan benar. Ibdah pokok dalam Islam dan tidak dapat ditinggalkan adalah shalat. Siapa pun yang telah memeluk Islam harus melaksanakannya. Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa shalat adalah hal yang pokok dalam Islam. Hal ini disebutkan dalam Hadits berikut: Dari Abu Hurairah Ra, ujarnya: Rasulullah SAW bersabda:
"Perbuatan
manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila
shalatnya baik, dia akan beruntung dan selamat. Akan tetapi, bila shalatnya
tidak benar, dia akan gagal dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit dari
kewajiban yang dilakukannya, kelak Tuhu yang Maha Gagah dan Maha Mulia akan
berfirman: '(Wahai Malaikat), perhatikanlah apa hamba-Ku ini melakukan shalat
sunnah sehingga dapat menyempurnakan kekurangannya dalam melakukan shalat
wajib, kemudian semua amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini.'"
(H.R.
Tirmidzi, Hadits hasan)
Maksud Hadits ini ialah seseorang dinilai taat beragama bila ia menunaikan kewajiban shalat dengan benar. Seseorang yang mengaku muslim tetapi terkadang menjalankan shalat, terkadang tidak, berarti tidak taat beragama. Bila ia melakukan shalat tetapi tidak mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, shalatnya tidak benar. Orang semacam ini termasuk orang yang tidak taat beragama.
Seorang laki-laki yang hendak menilai ketaatan calon istrinya, haruslah lebih dulu mengerti ajaran Islam tentang keyakinan dan peribadatan secara benar sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Bila dia sendiri tidak tahu hal-hal yang menjadi ketetapan dan hal-hal yang bukan menjadi ketetapan Islam, tentu dia tidak akan bisa memilih calon istri yang taat beragama dengan benar menurut ketentuan syari'at Islam.
Kita tidak seharusnya mudah terpesona dengan penampilan seorang perempuan. Perempuan berjilbab, misalnya, dalam pergaulan sehari-hari ia ternyata bercampur dengan laki-laki bukan mahram tanpa mengindahkan batas norma pergaulan yang digariskan oleh Islam. Kita bisa menyimpulkan bahwa wanita semacam ini jelas tidak taat beragama.
Kita tidak semestinya menilai perempuan berdasarkan atas ukuran dan norma yang berlaku dalam masyarakat, karena norma yang berlaku di tengah masyarakat sering bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, kita harus benar-benar menggunakan kriteria yang digariskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW sejak awal memilih calon istri.
Bila langkah awal telah ditempuh dengan benar, kelak rumah tangga kita akan dapat berjalan dengan serasi, harmonis, dan dan penuh kemesraan, karena masing-masing mendasarkan langkah dan niatnya hanya karena Allah. Segala bentuk kesulitan dan goncangan dalam mengayuh bahtera rumah tangga akan dihadapi dengan penuh ketenangan dan pikiran jernih, karena kedua belah pihak selalu pasrah dan berlindung pada kehendak dan kekuasaan-Nya. Sikap semacam ini akan sangat membantu suamu istri dalam membina rumah tangga sesuai dengan keridlaan Allah SWT.
Sebaliknya, istri tidak taat beragama, yaitu istri yang mengabaikan ajaran agama, akan menyebabkan suami sulit membimbingnya dan sulit menciptakan suasana rumah tangga yang islami. Bila suami dan istri sudah berlainan langkah dalam menilai perbuatan halal dan haram atau baik dan buruk, hal ini bisa menimbulkan pertengkaran dan perpecahan dalam berumah tangga. Rumah tangga semacam ini sulit menjadi harmonis, tentram dan tenang.
Selain memberi dampak buruk bagi suami, istri yang tidak taat beragama akan memberi dampak buruk pada pendidikan anak kelak. Ia tidak akan mendorong anaknya untuk taat shalat dan rajin mengaji, tidak membiasakan salam ketika keluar masuk rumah, tidak tahu membedakan najis dan suci, dan lain-lain. Anak-anak yang tidak mengenal aturan agama semacam ini kelak setelah besar mungkin sekali mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk sehingga menjadi orang yang rusak akhlaqnya dan mengabaikan agama. Oleh karena itu, besar sekali bahaya istri yang tidak taat beragama untuk menjadi ibu bagi anak-anak kita.
Agar kita dapat membentuk rumah tangga yang diridlai oleh Allah dan memperoleh kebahagiaan sepanjang hayat sebelum mengambil seorang perempuan menjadi istri kita perlu mengetahui ketaatannya dalam beragama. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Mengamati caranya berpakaian, berias
dan bergaul apakah sesuai dengan ketentuan Islam atau tidak. Misalnya,
mengamati apakah ia memakai muslimah atau tidak, bersolek atau tidak, berkhalwat
(berduaan) dengan laki-laki bukan mahram atau tidak.
2. Menanyakan kepada orang-orang yang
dekat dengan dirinya, seperti kerabat dekat, tetangga dekat, atau teman-teman
dekat tentang ketaatannya menjalankan shalat 5 waktu, ketaatannya menjalankan
puasa Ramadhan, sikapnya kepada tetangga atau para kerabatnya, sikapnya kepada
orang yang lebih tua, dan lain-lain.
3. Datang sendiri kepada keluarga
perempuan untuk melakukan penelitian dan pengamatan secara langsung. Dalam
pertemuan ini, perempuan yang diinginkan harus disertai dengan anggota
laki-laki keluarganya, sehingga tidak terjadi khalwat (berduaan). Pada saat
inilah kita bisa meneliti berbagai hal yang ingin diketahui dari perempuan
tersebut agar kita memperoleh gambaran yang jelas.
Cara-cara semacam inilah yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyediliki calon istrinya. Kita tak boleh melakukan cara-cara di luar Islam, seperti berpacaran atau berkenalan di tengah jalan. Cara semacam ini sama sekali tidak dibenarkan.
Ringkasnya, Laki-laki yang ingin membangun rumah tangga bahagia dan penuh kesejateraan di dunia dan di akhirat hendaklah memilih perempuan yang taat beragama untuk dijadikan istri. Insya Allah hidupnya akan bahagia.***
02. Dari Lingkungan yang Baik
Disebutkan dalam Hadits berikut bahwa: Rasulullah SAW
bersabda:
"Jauhilah
olehmu khadraauddiman!" Rasulullah ditanya: "Wahai Rasulullah, apakah
khadraauddiman itu?" Sabdanya: "Wanita cantik di lingkungan yang
buruk."
(H.R.
Daraquthni, Hadits lemah)
Penjelasan:
Hadits tersbut derajatnya lemah karena ada rawi bernama
Al-Waqidi yang dinilai sebagai rawi yang sangat lemah oleh ahli hadits.
Hadits tersebut memperingatkan kepada laki-laki muslim bahwa perempuan yang tinggal di lingkungan yang tidak baik hendaknya dijauhi. Perempuan semacam itu kemungkinan besar akhlaqnya terpengaruh lingkungannya yang tidak islami. Hal ini sering dibuktikan oleh pengalaman dalam kehidupan di tengah masyarakat selama ini. Wanita sering lebih mudah tergoda oleh hal-hal yang sepintas menyenangkan dan tampak glamor, tanpa memikirkan akibat buruk yang akan terjadi. Wanita lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan yang tidak baik ialah lingkungan yang dipenuhi kebiasaan, tradisi, dan perilaku yang bertentangan dengan syari'at Islam. Lingkungan masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi, membuka praktek pelacuran, gemar minum minuman keras, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya merupakan contoh lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan semacam ini jelas merugikan pembinaan akhlaq dan keagamaan masyarakatnya, baik perempuan maupun laki-laki. Lingkungan yang dipenuhi dengan praktek pelacuran tentu amat membahayakan pembinaan akhlaq waarga perempuannya. Biasanya warga laki-lakinya banyak yang lebih dulu terjerumus sehinga kaum perempuan terdorong untuk lebih berani terjum dalam kesesatan seperti itu. Hal ini disebabkan kaum laki-lakinya tidak bisa diandalkan sebagai pelindung kaum wanitanya.
Memang tidak bisa dijadikan sebagai satu kepastian untuk menyimpulkan bahwa setiap perempuan yang tinggal di lingkungan yang buruk otomatis berakhlaq tidak baik. Beberapa contoh kita temukan dalam sejarah bahwa ada wanita yang tetap tegak dalam keyakinan tauhid walaupun berada di tengah-tengah lingkungan penuh dengan dosa dan kemusyrikan, Diantaranya adalah 'Aisyah, istri Fir'aun dan Masyithah, pelayan perempuan di istana Fir'aun. Kedua perempuan ini ternyata teguh dalam mengikuti ajaran Musa AS. Akan tetapi, perempuan-perempuan seperti mereka sulit kita dapatkan.
Suami yang istrinya berasal dari lingkungan tidak baik mempunyai resiko amat besar karena akhlaq dan kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam diri sulit diubah dalam waktu relatif singkat.
Seorang perempuan yang biasa mengangap pergaulan bebas dan pelacuran sebagai hal yang lumrah dalam masyarakat, akan sulit menaati ketentuan agama yang melarang laki-laki dan perempuan bukan mahram bergaul bebas. Bila kelak dia menjadi istri dari suami yang lingkungan keluarganya taat beragama, akan terasa sulit dan berat baginya untuk mematuhi akhlaq agama. Ketika suaminya tidak di rumah, ia akan merasa tidak berdosa menerima teman lelakinya yang bebas berkunjung ke rumah. Bila suami menegur, ia akan menjawab dengan enteng bahwa hal itu telah lumarah. Ia sama sekali tidak mau mengindahkan syari'at Islam, bahkan menganggapnya sebagai belenggu yang menekan dirinya.
Istri yang bersikap semacam ini jelas akan menimbulkan konflik dengan suaminya sehingga terjadi pertengakaran. Hal itu disebabkan istri enggan mematuhi syari'at Islam yang dipandangnya bertentangan dengan tradisi lingkungan yang tidak islami.
Tak ada suami atau istri yang menghendaki rumah tangganya dipenuhi pertengkaran dan perselisihan setiap hari. Pertengaran dan perselisihan dalam rumah tangga mengakibatkan tekanan dan depresi bagi suami istri. Untuk mencegah hal ini, Islam memberikan tuntunan kepada kita agar dalam memilih calon istri hendaklah memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya.
Jadi, walaupun Hadits tersebut lemah, isi dan maksud Hadits di atas dapat dipergunakan sebagai pedoman umum sehingga kita lebih dapat berhati-hati dalam menilai akhlaq seorang perempuan. Kita dapat menjadikannya sebagai peringatan agar kita lebih mengutamakan calon istri yang tinggal di lingkungan yang baik.
Untuk mengetahui kualitas lingkungan tempat tinggal calon istri, kita dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan:
1. Tempat tinggalnya, yaitu apakah yang
bersangkutan tinggal di lingkungan yang islami atau tidak. Kalau lingkungannya
biasa digunakan sebagai tempat berjudi atau bermabuk-mabukan atau menyabung
ayam dan maksiat lainnya, kecil kemungkinan orang yang tinggal di tempat
semacam ini taat beragama. Sebaliknya, apabila ia tinggal di lingkungan yang
rajin mengadakan pengajian, masjidnya ramai dengan shalat jama'ah, warga yang
perempuan berpakaian muslimah, tidak terjadi pergaulan bebas antara laki-laki
dan perempuan yang bersangkutan taat beragama.
2. Keluarganya, yaitu apakah keluargannya
orang-orang yang taat menjalankan syari'at Islam atau tidak. Jika ia berasal
dari keluarga yang tidak peduli dengan agama, misalnyatidak taat shalat, tidak
taat puasa, tidak peduli akan halal dan haram dalam mencari nafkah, anggota
keluarga yang perempuan tidak berpakaian muslimah di luar rumah, atau tidak
baik hubungannya dengan tetangga atau kerabat dekatnya, kita harus berhati-hati
agar kita selamat dari kemungkinan-kemungkinan tidak baik saat membina rumah
tangga kelak.
3. Lingkungan pendidikannya, yaitu
lingkungan di mana dia memperoleh pendidikan islami atau tidak. Ringkasnya,
kaum laki-laki dalam memilih calon istri sebaiknya memperhat ikan aspek
lingkungannya. Mereka sebaiknya lebih mengutamakan perempuan yang tinggal di
lingkungan yang baik. Semakin baik lingkungan asalnya, akan semakin besar
sumbangannya dalam mewujudkan pembinaan rumah tangga yang bahagia.***
03.
Perawan
Disebutkan dalam Hadits berikut bahwa:
Rasulullah SAW bersabda kepada Jabir ketika beliau kembali dari perang Dzatur
Riqa':
"Wahai Jabir, apakah nanti kamu akan
kawin?" Saya menjawab: "Ya, wahai Rasulullah." Sabdanya:
"Dengan janda atau perawan?" Saya menjawab: "Janda."
Sabdanya: "Mengapa bukan perawan, supaya kamu dapat bergurau dengannya dan
ia pun dapat bergurau denganmu?" Saya menjawab: "Sesungguhnya bapakku
telah wafat saat perang Uhud, sedangkan beliau meninggalkan tujuh anak perempuan
kepada kami. Oleh karena itu, aku menikah dengan seorang janda perempuan yang
'mumpuni', ia dapat mengasuh mereka dan melakukan kewajiban terhadap
mereka." Sabdanya: " Engkau benar, insya Allah."
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits tersebut memberikan dorongan
kepada kaum laki-laki untuk memilih calon istri yang perawan, yaitu perempuan
yang belum pernah bersetubuh atau belum pernah menikah. Perempuan-perempuan
yang masih perawan belum pernah mengenal kemesraan dengan laki-laki sehingga
hatinya masih polos dan bersih. Ia tidak memiliki kenangan masa lalu dengan
laki-laki lain sehingga ketika ia bercengkerama dengan laki-laki yang baru
menjadi suaminya, hati dan angan-angannya hanya tertuju kepada suami. Ia hanya
merasakan sentuhan kemesraan dari laki-laki yang menjadi suaminya. Seluruh
perhatian, cinta, serta kasih sayangnya dicurahkan kepada suami tanpa
membandingkan dengan laki-laki lain. Keadaan semacam inilah yang digambarkan
oleh Rasulullah SAW dalam Hadits tersebut dengan sabdany : "Engkau bisa
bergurau dengannya dan dia pun bisa bergurau mesra denganmu." Suasana
semacam inilah yang dinyatakan Rasulullah kemungkinan besar hanya bisa tercipta
dengan istri yang masih perawan.
Laki-laki muslim sebaiknya berhati-hati terhadap perempuan yang pernah berpacaran atau gemar berganti pacar. Perempuan yang pernah berpacaran pernah mengenal kemesraan dengan laki-laki sehingga hatinya tidak polos dan tidak bersih lagi. Ia sudah tentu memiliki kenangan masa lalu dengan pacarnya sehingga ketika ia bercengkerama dengan suami, hati dan angan-angannya tidak sepenuhnya tertuju kepada suaminya. Ia akan membandingkan sentuhan kemesraan antara pacarnya dulu dengan suaminya. Selain itu, keperawanannya juga harus dipertanyakan karena tidak bisa dipastikan sejauh mana ia berhubungan dengan pacarnya.
Untuk
mengetahui keperawanan calon istri seorang laki-laki dapat melakukan cara-cara
berikut ini:
1. Menanyakan hal tersebut kepada yang
bersangkutan ketika bermaksud melamar.
2. Menanyakan hal tersebut kepada keluarga
atau kerabat atau tetangga dekatnya yang dinilai jujur, adil dan objektif.
3. Melakukan pemeriksaan medis bilamana
ingin memperoleh keyakinan bahwa yang bersangkutan benar-benar perawan. Akan
tetapi, cara semacam ini harus mendapat persetujuan dari perempuan yang
bersangkutan, karena hal ini bisa dianggap merendahkan martabatnya.
Hadits Rasulullah SAW tersebut merupakan anjuran kepada laki-laki muslim untuk memilih perempuan yang perawan sebagai istri, bukan larangan kepada laki-laki muslim untuk memperistri perempuan janda. Rasulullah mengingatkan bahwa dengan memperistri perempuan perawan kemungkinan besar akan lebih dapat menciptakan suasana kemesraan yang lebih mendalam dibandingkan dengan beristrikan perempuan janda.
Oleh karena itu, laki-laki yang menginginkan suasana mesra dan perhatian sepenuh hati dari istrinya, hendaklah memilih perempuan yang masih perawan.***
04. Penyabar
Allah berfirman dalam Q.S. At-Tahriim ayat 11:
"Allah menjadikan istri Fir'aun perumpamaan
bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata: 'Ya Tuhanku, bangunkanlah
untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam syura; dan selamatkanlah aku dari Fir'aun
dan perbuatannya; dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim'".
Penjelasan:
Sabar dalam bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Sabar dalam bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Maksud ayat tersebut ialah bahwa
seorang istri yang sabar menghadapi perilaku buruk suaminya sangat membantu
mempertahankan keutuhan rumah tangga. Dalam kasus tersebut, istri Fira'aun
sangat sabar menerima kekejaman Fir'aun terhadap dirinya. Ia tetap tabah
menghadapi kekejaman suaminya dan hanya pasrah pada Allah.
Istri penyabar seperti istri Fir'aun
yang Allah gambarkan pada ayat tersebut tentu memberikan jasa sangat besar
dalam memelihara keutuhan rumah tangga, kebahagiaan suami dan kegembiraan
anak-anaknya. Ia tidak akan mudah menceritakan kesulitan dan berbagai
permasalahan yang akan menyedihkan dan mecemaskan suaminya. Walaupun sebenarnya
istri menyimpan kepahitan dalam hatinya, semua kesulitan dihadapinya dengan
penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah. Hal itu menjadikan rumah
tangganya selalu dipenuhi kegembiraan, keceriaan dan penuh tawa.
Istri yang sabar tidak hanya memberikan
semangat dan dorongan hidup kepada suaminya dalam menghadapi segala macam
tantangan dan rintangan, ia juga dapat menjaga kehormatan suami di hadapan
anak-anak dan orang lain. Istri yang sabar tidak akan manceritakan sikap buruk
suami kepada anak-anaknya, karena ia tidak ingin melibatkan anak-anaknya dalam
persoalan yang tengah dihadapinya. Sebaliknya, ia selalu memuji akhlaq suaminya
di hadapan anak dan orang tuanya. Sikap semacam ini akan menciptakan hubungan
mesra dalam rumah tangga karena anak-anak selalu menaruh hormat kepada
bapaknya.
Sebaliknya istri yang pemarah, suka
membantah dan suka memaki suaminya akan menimbulkan konflik berkepanjangan
dalam rumah tangganya. Bahkan konflik tersebut bisa melebar kepada anak-anak,
orang tua dan mertuanya. Jika hal ini terjadi, pasti anak-anak dalam rumah
tangga semacam ini akan mengalami stress dan kebingungan. Selain itu, tetangga
pun akan merasa enggan berdekatan dengan rumah tangga yang dipenuhi konflik.
Mereka mungkin saja turut merasakan ketegangan karena boleh jadi anak-anak yang
berasal dari keluarga yang penuh konflik akan menimbulkan gangguan.
Oleh karena itu, setiap laki-laki sangat perlu memperhatikan sifat calon istrinya, apakah dia bersifat penyabar atau pemarah, tabah menempuh kesulitan atau manja. Hal ini perlu diketahui sebab sifat-sifat buruk banyak berpengaruh dalam hidup berumah tangga. Bukankah tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga dengan suasana penuh pertentangan, perselisihan dan permusuhan yang hanya akan menciptakan hidup penuh derita dan nestapa.
Untuk mengetahui apakah calon istri
penyabar atau tidak, dapat dilakukan penyelidikan dengan cara-cara antara lain:
1. Menanyakan hal tersebut kepada teman
atau tetangga dekatnya yang jujur dan adil bagaimana sikap yang bersangkutan
dalam menghadapi kesulitan, rintangan dan kepahitan. Misalnya, dengan mengamati
sikapnya apabila ada teman yang berbuat salah kepadanya, apakah dia cepat
memarahi ataukah menerimanya dengan tenang. Apabila ternyata dia bersikap
tenang tanpa menunjukkan sikap jengkel atau marah berarti ia orang yang sabar.
2. Mengamati dan mengujinya dengan
beberapa hal berikut:
·
reaksinya
ketika disuruh menunggu;
·
reaksinya
ketika ditegur karena melakukan kesalahan;
·
reaksinya
ketika dihadapkan pada kesulitan;
·
sikapnya
ketika menghadapi anak kecil, orang tua, orang sakit, orang lanjut usia, dan
lain-lain.
Setiap suami ingin istrinya mempunyai
kesabaran jauh lebih besar daripada dirinya. Dia ingin menjadikan istrinya
sebagai tempat menumpahkan segala keresahan hati dalam menghadapi problem
kehidupan. Dia ingin agar istri dapat menenangkan suami dengan kesabaran dari
segala keresahannya sehingga suami memperoleh kesegaran dan dorongan hidup
lebih baik. Oleh karena itu, setiap laki-laki harus benar-benar mengutamakan
calon istri yang penyabar. Insya Allah, segala tantangan dan kesulitan dalam
rumah tangga akan teratasi dengan baik sehingga tercipta keluarga bahagia.***
05. Memikat Hati
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisaa' ayat 3 :
"Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi, ..."
Penjelasan :
Ayat tersebut menyebutkan agar laki-laki memilih
perempuan yang memikat atau menyenangkan hatinya sebagai istri. Kata-kata yang
dipergunakan pada ayat di atas yaitu "thaaba". Kata ini berarti :
1. Baik, seperti dalam kalimat:
"Hadzaa syaiun thayyib." (Ini adalah urusan yang baik). Kata thayyib
berasal dari thaaba.
2. Hatinya baik, seperti pada kalimat:
"Hiya imra'atun thaabat nafsuha". (Perempuan ini baik hatinya).
3. Ya, sebagai kata jawab, seperti dalam
kalimat: "Thayyib, ana hadhir". (Ya, saya datang).
Dari ketiga arti di atas kita dapat mengetahui bahwa
arti kata thaaba pada ayat tersebut adalah sifat baik hati, akhlaq dan
kepribadian perempuan yang membuat calon suaminya merasa tertarik dan senang.
Tanpa adanya faktor-faktor ini, rasa tertarik, senang dan terpikat tidak akan
ada.
Istri yang bisa membuat suaminya merasa
senang dan tertarik akan semangat untuk bersama-sama membangun rumah tangga
yang sakinah dan damai. Tanpa rasa senang dan terpikat sulit akan tercipta
kemesraan dan keintiman dalam hidup berumah tangga. Oleh karena itu, laki-laki
yang hendak memilih seorang perempuan sebagai calon istrinya harus bertanya
kepada dirinya sendiri apakah hatinya benar-benar merasa senang dan terpikat
kepada perempuan tersebut atau tidak. Ia harus jujur menghayati perasaannya
sendiri dalam memperhatikan hal-ihwal perempuan yang diminati sebelum me
lamarnya, apalagi menikahinya.
Daya tarik yang utama dan bertahan
lama, bahkan sampai akhir hayat adalah daya tarik akhlaq dan ketaatan perempuan
yang bersangkutan kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun daya tarik lainnya
adakalanya menyebabkan kebosanan atau kebencian di belakang hari. Kecntikan,
misalnya, semakin lama akan memudar. Suami tidak menaruh cinta lagi kepada
istrinya karena ia tidak cantik lagi, atau karena suatu musibah yang merusak
kecantikan istri, suami tidak lagi tertatik, bahkan menjauhinya. Daya tarik
lainnya adalah kekayaan. Seorang laki-laki memperistri seorang perempuan karena
tertarik pada kekayaannya. Setelah menikah sekian tahun, harta kekayaan istri
habis, sehingga suami kehilangan rasa tertarik terhadap istrinya. Oleh karena
itu, yang akan menjamin suami tertarik dan terpesona kepada istrinya secara
langgeng adalah daya tarik akhlaq dan ketaatan beragama seorang perempuan.
Untuk memastikan apakah seorang
laki-laki tertarik kepada calon istrinya atau tidak, dia hendaklah menguji
kejujuran hatinya berulang kali dengan cara-cara antara lain:
1. Membandingkannya dengan perempuan lain.
Jika hatinya ternyata masih bimbang, berarti dia belum terpikat sepenuh hati
kepada perempuan tersebut.
2. Mengendapkan keinginannya lebih lama
kepada perempuan tersebut sehingga dapat lebih diyakini ketertarikan dan
kesenangan hatinya. Jika setelah beberapa lama ternyata ia masih tetap tertarik
dan menyenanginya, berarti perempuan tersebut mendapatkan nilai yang tinggi di
dalam hatinya.
3. Mengamati daya tarik perempuan tersebut
dengan seksama apakah daya tariknya merupakan sifat-sifat asli atau sekedar
polesan. Dengan mengetahui keadaan sebenarnya, ketertarikan terhadap perempuan
yang bersangkutan akan langgeng karena benar-benar timbul dari dalam hatinya.
Sebaliknya, jika daya tarik perempuan itu hanya bersifat polesan, dia lebih
baik mengundurkan diri, karena daya tarik yang sifatnya polesan tidak bertahan
lama.
Setiap laki-laki perlu memperhatikan
aspek ini sebagai tolok ukur dalam menilai perempuan yang menjadi calon
istrinya agar terhindar dari keadaan yang tidak diinginkan kemudian saat
berumah tangga. Sering terjadi seorang
laki-laki sangat kecewa dan menyesal karena istri yang dahulu dinilai memiliki
sifat-sifat terpuji, terbukti memiliki sifat-sifat sebaliknya. Sifat yang dulu
ditampilkan di hadapan calon suaminya ternyata hanya polesan. Akibatnya, wanita
yang dipilih menjadi istrinya benar-benar dirasakan sebagai orang lain, bukan
wanita yang didambakanya sebelumnya. Kejadian semacam ini hanya meninggalkan
rasa perih, kecewa, dan marah yang terpendam.
Berikut ini kami kemukakan beberapa contoh perempuan yang memiliki daya tarik polesan atau semu:
1. Seorang perempuan yang terlihat cantik
karena bersolek. Karena setelah menjadi istri ia tidak mampu membeli peralatan
kecantikan, terlihatlah keadaan aslinya. Suami melihat bahwa istri yang
disangka benar-benar cantik alami ternyata tidak cantik. Kecantikannya hanya
polesan belaka. Untuk mempertahankan penampilannya suami harus mengeluarkan biaya
banyak sehingga menguras pendapatanya. Hal semacam ini menimbulkan kejengkelan
dan kemarahan sehingga ia membenci istrinya.
2. Seorang perempuan dari status sosial
yang terhormat tetapi sikapnya merendahkan suaminya. Ia memandang suaminya yang
harus menghormati dirinya, bukan dia yang harus menghormati suaminya. Pada
awalnya suami tidak begitu merasa terhina oleh sikap istrinya, tetapi semakin
lama suami merasakan bahwa dirinya tidak dihargai oleh istrinya sebagai kepala
rumah tangga. Suami merasa kecewa dan jengkel kepada istrinya sehingga mereka
semakin renggang. Suasana semacam ini mengakibatkan rumah tangga tidak lagi
dipenuhi kecintaan dan kemesraan, yang ada hanyalah permusuhan yang
tersembunyi.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan dalam rumah tangga Allah menegaskan dengan firman-Nya pada ayat di
atas agar laki-laki memilih perempuan yang benar-benar disenanginya dan
memiliki daya pikat yang sejati. Ia jangan mudah tertipu penglihatan sepintas
terhadap kecantikan, kekayaan, dan status sosial yang lebih banyak dibangkitkan
oleh selera rendah yang sifatnya sementara. Ia hendaklah benar-benar menguji
hati nuraninya dengan cara-cara yang benar sehingga yakin bahwa perempuan yang
hendak dijadikan istrinya benar-benar sesuai dengan hati nuraninya. Pengamatan
jeli dan seksama dalam memilih calon istri yang sesuai dengan tuntutan Islam
merupakan hal utama yang harus ia lakukan.***
06.
Amanah
Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisaa' ayat 34:
"...Oleh sebab itu, wanita yang shalih ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara (dirinya dan harta suami) ketika
suaminya tidak ada, karena Allah telah (menyuruh) memeliharanya..."
Disebutkan dalam Hadits berikut:
Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik istri yaitu yang meyenangkanmu
ketika kamu lihat; taat kepadamu ketika kamu suruh; menjaga dirinya dan hartamu
ketika kamu pergi".
(H.R. Thabarani, dari 'Abdullah bin Salam)
Penjelasan
:
Amanah yaitu tanggung jawab
memenuhi kepercayaan orang kepadanya. Apa saja yang dipercayakan orang
kepadanya dijaga dan ditunaikan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntutan
pemberi kepercayaan.
Ayat tersebut menjelaskan
sifat istri yang baik, yaitu benar-benar bisa memelihara kehormatan dirinya
pada saat suaminya tidak di rumah. Ia juga menjaga dengan amanah harta benda
suaminya selama dia tidak di rumah.
Hadits di atas menjelaskan bahwa setiap istri dituntut untuk amanah terhadap suaminya dalam mengelola harta suami yang dipercayakan kepadanya.
Seorang istri harus memiliki sifat amanah karena ia diberi kepercayaan oleh suaminya mengenai segala macam urusan diri dan keluarganya, bahkan seluruh rahasia suaminya. Suami bukan hanya mempercayakan harta kekayaan kepadanya, melainkan juga mempercayakan kehormatan dan keamanan anak-anaknya. Hal ini menuntut adanya sifat amanah istri sehingga ia tidak akan melakukan kecurangan ketika suami tidak ada, atau menipu suaminya sehingga menjerumuskannya ke dalam malapetaka. Misalnya, karena kekurangan uang belanja ia menyebarkan hal tersebut kepada orang lain, atau menyampaikan aib suami kepada orang lain sekalipun tidak bermaksud jahat. Hal semacam ini sudah merupakan tindakan khianat istri kepada suami.
Istri yang amanah tentu tidak akan mengabaikan tanggung jawabnya menjaga dan memelihara segala hal yang dipercayakan kepadanya. Ia akan memelihara suasana rumah tangga penuh rasa kasih sayang dan cinta.
Sungguh sangat besar bahaya istri yang tidak amanah bagi keselamatan dan keamanan suami. Istri yang curang dalam menggunakan harta kekayaan suami akan memberatkan suami dalam mencari pemenuhan kebutuhan keluarga. Istri yang tidak dapat menyimpan cacat cela dan rahasia suami akan merusak kehormatan suaminya. Istri yang tidak dapat menjaga anak-anak suaminya dengan baik akan menyusahkan suami dalam membina kehidupan anak-anaknya menjadi orang yang shalih. Istri yang tidak amanah akan menimbulkan ketegangan dan perselisihan karena hal yang diamanahkan kepadanya tidak dijaga dengan baik.
Oleh karena itu, setiap laki-laki yang ingin memperistri seorang perempuan harus benar-benar memperhatikan ada tidaknya sifat amanah pada calon istrinya. Jika ternyata ia seorang perempuan yang kurang baik amanahnya dan kecil harapan untuk diperbaiki, perempuan semacam ini sebaiknya tidak dijadikan istri.
Untuk mengetahui apaah calon istri amanah atau tidak, dapat dilakukan upaya-upaya berikut:
1.
Menanyakan kepada kerabat atau tetangga atau
teman dekatnya yang jujur dan berakhlaq baik apakah dia orang yang dapat
dipercaya bila diberi kepercayaan mengurus dan menyimpan sesuatu atau tidak.
2.
Menyelidiki perilakunya apakah ia dapat
dipercaya dalam melaksanakan kepercayaan orang kepadanya atau tidak. Misalnya
dengan mengamati sikapnya bila dititipi uang apakah ia dapat dipercaya atau
tidak. Bisa juga dengan mengamati apakah ia selalu memenuhi janji dengan baik
atau tidak bila berjanji.
3.
Menyelidiki perilaku keluarganya berkenaan
dengan sifat amanah apakah keluarganya dapat dipercaya dalam menjaga harta
titipan dan selalu memenuhi janji atau tidak. Dengan bercermin pada keadaan
keluarganya besar kemungkinan yang bersangkutan juga menjadi perempuan yang
amanah. Sebaliknya, jika keluarganya dikenal sebagai orang yang tidak dapat
dipercaya, kemungkinan anaknya begitu.
Jadi, karena istri yang
amanah sangat berperan penting dalam menciptakan kehidupan keluarga yang baik,
laki-laki yang ingin membina rumah tangga harus selalu mengutamakan istri yang
amanah. Dengan istri yang amanah insya Allah kehidupan keluarga tidak akan
banyak beban sehingga tercipta keluarga yang sakinah.***
07. Tidak Bersolek Bila Keluar Rumah
Disebutkan dalam Hadits berikut:
"Wanita-wanita yang gemar minta cerai dan
wanita-wanita pesolek (di luar rumah) adalah wanita-wanita munafik".
(H.R. Abu Nu'aim)
Penjelasan
:
Maksud Hadits di atas ialah
perempuan yang suka bersolek ketika keluar rumah adalah perempuan munafik.
Orang munafik perkataannya tidak bisa dipercaya, janjinya tidak bisa dipegang
dan kejujurannya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perempuan
yang suka bersolek ketika keluar rumah berarti memiliki sifat-sifat buruk.
Sifat perempuan dalam
menampilkan dirinya macam-macam. Ada perempuan yang suka bersolek, ia dapat
memoles dirinya dengan baik sehingga terlihat cantik dan kekurangannya
tertutupi. Tindakannya bertujuan untuk menawan hati orang lain, terutama lawan
jenisnya. Perempuan semacam ini disebut munafik karena selalu berpura-pura
dalam menampilkan dirinya dan menyembunyikan keadaan sesungguhnya.
Selain itu,ada perempuan yang
tampil apa adanya, ia tidak mau mengenakan macam alat kecantikan. Ia selalu
menampakkan dirinya dengan polos, tetapi memperlihatkan budi pekerti yang baik
dan akhlaq yang terpuji. Ia berpakaian sederhana apa adanya. Perempuan semacam
ini lebih mengutamakan kecantikan dan keindahan batin daripada keindahan
lahirnya.
Di antara dua sifat perempuan
tersebut, perempuan yang tampil apa adanya, polos, dan sederhana itulah yang
berakhlaq baik. Perempuan semacam inilah yang seharusnya menjadi pilihan
laki-laki beriman untuk dijadikan istri. Ia bisa diharapkan untuk bersama-sama
membangun rumah tangga yang penuh kedamaian, keceriaan, kasih sayang dan
kebahagiaan.
Istri yang bersolek bila
keluar rumah termasuk wanita munafik karena ia berusaha terlihat cantik di mata
orang lain, bukan di hadapan suaminya. Ia akan membuat hati suami selalu
dibayangi kebimbangan. Suami menjadi selalu khawatir jangan-jangan istrinya
tidak dapat menjaga dirinya dari rayuan laki-laki lain atau bercengkerama
dengan laki-laki lain ketika dia tidak di rumah. Ia juga bimbang bila memberi
uang belanja karena mungkin sekali istrinya menghamburkannya di luar
pengetahuan suami. Ia juga sulit mempercayai apa yang dibicarakan istrinya.
Kebimbangan semacam ini tentu dapat mengganggu ketentraman dalam rumah tangga,
bahkan bisa memicu pertengkaran.
Istri pesolek menimbulkan beban psikologis bagi suami. Kegemarannya bersolek bila keluar rumah bisa mengundang selera laki-laki lain terhadap dirinya. Hal ini tentu akan menimbulkan salah paham dengan suaminya. Suami akan merasa curiga setiap saat sehingga timbul pertengkaran dalam rumah tangga.
Istri pesolek menimbulkan beban psikologis bagi suami. Kegemarannya bersolek bila keluar rumah bisa mengundang selera laki-laki lain terhadap dirinya. Hal ini tentu akan menimbulkan salah paham dengan suaminya. Suami akan merasa curiga setiap saat sehingga timbul pertengkaran dalam rumah tangga.
Selain beban psikologis, istri pesolek juga akan menimbulkan banyak problem bagi suaminya karena kegemarannya bersolek menyebabkan suami harus mengeluarkan banyak uang. Hal semacam ini tentu akan membebani suami, bila pendapatan suami hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Karena begitu besarnya kendala beristri perempuan pesolek, seorang lelaki hendaklah lebih dahulu meneliti dan mencermati calon istrinya. Jika ternyata dia seorang yang benar-benar gemar bersolek, bahkan biasa bersolek sejak kecil, hendaklah ia mempertimbangkan dengan seksama apakah ha itu akan menimbulkan malapetaka atau tidak bagi dirinya kelak. Jika kegemarannya besolek bukan kebiasaan sejak kecil, melainkan sekedar pengeruh teman dan ada harapan untuk diperbaiki, ia harus tetap mempertimbangkan pemilihannya, sebab boleh jadi pengaruh temannya akan menjadi kebiasaan. Ia harus benar-benar bersikap objektif dalam menilai kemampuannya mengayomi perempuan tersebut. Langkah terbaik adalah mendasarkan pilihannya sesuai dengan tuntunan syari'at Islam supaya kelak tidak menyesal.
Untuk mengetahui apakah calon
istri pesolek atau bukan, dengan mudah dapat dilihat dari penampilannya
sehari-hari. Bila ia menampilkan diri secara polos dan sederhana walaupun
sebenarnya dia berkecukupan, wanita semacam ini termasuk bukan pesolek. Akan
tetapi, jika ia tampil dengan polos hanya karena keadaan ekonominya lemah, hal
ini perlu dipertimbangkan dan diselidiki lebih jauh. Kita perlu meneliti lebih
jauh penampilannya pada saat-saat tertentu, misalya pada saat menghadiri acara
pesta perkawinan, wisuda dan lain-lain, apakah tetap tampil apa adanya atau
bersolek di luar kebiasaannya.
Ringkasnya, setiap laki-laki
hendaklah memperhatikan masalah ini dengan seksama agar kelak tidak menyesal
dalam membina rumah tangga dengan perempuan yang didambakannya. Hal ini perlu
dilakukan jika ia menghendaki rumah tangga yang dipenuhi dengan keharmonisan,
kemesraan dan kebahagiaan. Oleh karena itulah, ia hendaklah berhati-hati agar
tidak memilih perempuan yang gemar bersolek bila keluar rumah.***
08. Kufu' dalam Beragama
Rasulullah SAW bersabda dalam
Hadits-Hadits berikut:
"Wahai
Bani Bayadhah, kawinkanlah (perempuan-perempuan kamu) dengan Abu Hind; dan
kawinlah kamu dengan (perempuan-perempuan)nya."
(H.R. Abu Dawud)
"Orang-orang
Arab satu dengan lainnya adalah kufu'. Bekas budak satu dengan lainnya adalah
kufu' pula."
(H.R. Bazar)
"Sesungguhnya Allah memuliakan Kinanah di atas Bani Isma'il dan memuliakan Quraisy di atas Kinanah dan memuliakan Bani Hasyim di atas Quraisy dan memuliakan aku di atas Bani Hasyim...Jadi, akulah yang terbaik di atas yang terbaik."
(H.R. Muslim)
Penjelasan :
Kata kufu'
artinya sepadan atau setara. Dalam pengertian adat-istiadat, kufu' ialah
kedudukan setara antara calon suami dengan calon istri, baik dalam urusan
agama, keturunan, nasab, maupun kedudukan sosial dan ekonomi. Bila calon
pasangan dalam hal-hal tersebut setara, maka mereka disebut kufu'.
Hadits-hadits
di atas memberikan penjelasan kufu' dalam pandangan syari'at Islam. Hadits
pertama menjelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan Bani Bayadhah untuk
mengawinkan anak-anak perempuannya dengan laki-laki dari keturunan Abu Hind.
Klen Abu Hind ini dikenal sebagai pengrajin. Profesi pengrajin di lingkungan
Arab dipandang rendah sehingga keturunan mereka dinilai tidak kufu' dengan
keturunan Bani Bayadhah.
Hadits kedua menjelaskan bahwa semua suku Arab kufu' sehingga tidak alasan bagi suatu suku tertentu merasa lebih tinggi daripada suku lain.
Hadits ketiga menjelaskan bahwa suku yang paling mulia dilingkungan bangsa Arab adalah Quraisy, sedangkan klen yang paling mulia di lingkungan suku Quraisy adalah Bani Hasyim dan warga Bani Hasyim yang paling mulia adalah Nabi Muhammad SAW.
Hadits ketiga ini tidak menunjukkan adanya pembenaran bahwa suku selain Quraisy tidak kufu' dengan suku Quraisy, atau klen selain Bani Hasyim tidak kufu' dengan klen Bani Hasyim, sehingga antara laki-laki dan perempuan yang berbeda suku atau klen tidak boleh menikah. Oleh karena itu, tidak ada pembenaran bagi mereka untuk menolak kawin dengan suku atau klen mana saja dengan alasan status sosialnya tidak kufu'.
Bila perkawinan antar klen atau suku yang tidak kufu' dilarang, tentu saja tidak akan ada laki-laki yang dipandang kufu' menjadi suami putri-putri Rasulullah, sebab Rasulullah SAW adalah orang yang paling mulia di lingkungan klen Bani Hasyim. Kenyataannya, putri Rasulullah diperistri oleh laki-laki yang klen atau keluarganya lebih rendah . Ummu Kultsum contohnya, diperistri oleh 'Utsman bin 'Affan yang klennya lebih rendah daripada Bani Hasyim, dan Fathimah diperisteri oleh 'Ali yang keluarganya lebih rendah daripada keluarga Rasulullah SAW. Hal ini membuktikan bahwa anjuran agar mencari pasangan yang kufu' maksudnya bukanlah kufu' dalam pengertian nasab, kedudukan sosial ekonomi, suku atau keluarga, melainkan kufu' dalam beragama.
Mengapa hanya agama yang menjadi tolok ukur kufu' untuk memilih istri? Karena agama merupakan bekal utama yang melandasi kemampuan dan tanggung jawab seorang perempuan untuk menjadi istri yang shalihah.
Kufu' dalam beragama ini ialah kualitas akhlaq dan ketaatan beragama calon pasangan benar-benar setara. Apabila suami lebih baik, sedang istri kurang, keduanya dikatakan kurang kufu'. Sebaliknya, jika istri lebih baik, ia dikatakan tidak kufu' sebab suami dituntut memiliki kualitas lebih baik atau setidak-tidaknya setara.
Islam menganjurkan memilih istri yang kufu' dalam beragama agar kelak tercipta suasana sakinah dan mawaddah dalam hidup berumah tangga. Bila antara suami istri terdapat perbedaan-perbedaan mencolok dalam bidang akhlaq dan ibadah, apalagi istri jauh lebih rendah daripada suami, hal ini semacam ini akan menghambat upaya menciptakan rumah tangga yang dipenuhi kemesraan, kebahagiaan, dan penuh tanggung jawab kepada Allah. Demikianlah, karena istri yang tidak kufu' memiliki pandangan yang berbeda dalam menilai baik buruk suatu masalah sehingga dalam rumah tangga muncul dua norma yang bisa berbeda. Hal ini sangat berbahaya bagi pembinaan akhlaq suami istri dan anak-anaknya. Bukanlah tujuan setiap orang membina rumah tangga adalah untuk memperoleh kebahagiaan sebesar-besarnya di dunia dan keselamatan di akhirat kelak? Kalau tujuan semacam ini tidak dapat diwujudkan, yang akan terjadi adalah perselisihan yang menyebabkan perderitaan.
Untuk mengukur kufu' atau tidaknya calon istri, perlu diadakan pengamatan dan penelitian seksama. Ada beberapa cara yangbisa ditempuh, antara lain :
1. Menanyakan
akhlaq dan ibadah perempuan tersebut kepada teman-teman dekatnya atau tetangga
dekatnya yang adil dan jujur dalam menilai orang.
2. Mengamati
akhlaq dan ibadah keluarga perempuan yang bersangkutan. Bila keluarganya ahli
ibadah dan baik akhlaqnya, kemungkinan besar akhlaq perempuan tersebut seperti
keluarganya.
Adapun
kufu' dalam bidang lain, seperti tingkat pendidikan, sosial, ekonomi dan
lain-lain bukan merupkan masalah pokok yang dapat menghalangi upaya penciptaan
rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. Masalah-masalah semacam itu dapat
diatasi dengan cara melakukan peningkatan secara bertahap dari pihak yang
bersangkutan.
Istri yang pendidikannya jauh lebih rendah daripada suami, misalnya. Tetapi memiliki kecerdasan yang cukup untuk menambah ilmunya, baik secara otodidak maupun melalui kursus-kursus, dapat mengimbangi kedudukan suami. Begitu pula istri yang berasal dari kalangan ekonomi rendah tetapi memiliki pendidikan yang cukup, kedudukannya otomatis akan terangkat sehingga kedudukannya setara dengan suaminya. Begitu juga dalam hal kedudukan sosial dan lainnya, istri dapat mencapai kesetaraan selama suami mau menerima dan mengusahakan peningkatan kualitas dirinya.
Akan tetapi, berbeda sekai bila calon istri akhlaqnya rendah dan perilakunya dalam beragama rusak. Perbaikan dan peningkatan dalam hal ini sangat berat sebab untuk mengubah akhlaq yang buruk menjadi baik bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan, bahkan dapat mempengaruhi yang baik menjadi rusak. Itulah sebabnya Rasulullah SAW, juga para ulama mengingatkan agar laki-laki yang hendak menikah benar-benar memperhatikan masalah kualitas agama calon istrinya.
Jadi, walaupun masalah kufu' di luar aspek agama tidak menjadi tuntutan pokok, patut juga kita perhatikan hal tersebut dengan baik agar kita lebih mudah menciptakan keluarga yang bahagia, penuh ketenangan dan sejahtera. Kita sebaiknya berusaha untuk mendapatkan pasangan yang kufu' dalam seluruh aspek mencakup akhlaq, ibadah, pendidikan, kedudukan sosial, ekonomi, dan latar belakang kultur. Semakin banyak persamaan antara calon pasangan, akan semakin mudah kita membina kesatuan dalam keluarga. Inilah yang harus kita usahakan agar tujuan kita mewujudkan rumah tangga yang penuh keberkahan, kebahagiaan dan ketenangan tercapai.***
09. Tidak Materialis
Dalam
Hadits berikut disebutkan: Dari Ibnu 'Abbas ra, ujarnya: Rasulullah SAW
bersabda:
"Ada
empat perkara, siapa mendapatkannya berarti kebaikan dunia dan akhirat, yaitu
hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, bersabar ketika
mendapatkan musibah, dan perempuan yang mau dikawini bukan bermaksud
menjerumuskan (suaminya) ke dalam perbuatan maksiat dan bukan menginginkan
hartanya."
(H.R. Thabarani,
Hadits Hasan)
Disebutkan juga dalam Hadits berikut bahwa: Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya
wanita yang membawa berkah yaitu bilamana ia mudah dilamar, murah maskawinnya,
dan subur peranakannya."
(H.R. Ibnu Hibban,
Hakim, dan lain-lain, dari 'Aisyah).
Penjelasan :
Materialis
adalah sifat lebih mengutamakan materi dan cenderung tidak mau mengeluarkan
hartanya untuk kepentingan orang lain atau kepentingan kebajikan umum.
Wanita materialis mengukur derajat dan martabat seorang laki-laki semata-mata dari sisi harta kekayaannya. Ia mau menjadi istri seseorang asalkan yang bersangkutan mampu memenuhi tuntutan-tuntutan materinya. Ia selalu medambakan kemewahan dan bertumpuknya harta kekayaan tanpa mempedulikan halal dan haramnya.
Maksud
Hadits pertama ialah perempuan yang baik dijadikan istri antara lain karena
tidak bermaksud mengejar harta dan tidak pula menjerumuskan suaminya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Misalnya mendorong suaminya untuk mencari
harta sebanyak-banyaknya walaupun dengan cara haram atau hanya mengeruk harta
kekayaan suami dan meninggalkannya bila suami jatuh miskin.
Hadits
kedua menerangkan bahwa salah satu ciri wanita yang tidak materialis. Perempuan
semacam ini kelak akan membawa berkah bagi keluarganya karena mau menerima
keadaan suami sehingga tidak menyulitkan suaminya dalam memenuhi kebutuhan
keluarga kelak. Sikap semacam inilah yang dapat menciptakan suasana keluarga
penuh dengan rasa riang dan bahagia.
Dalam
memilih calon istri kita diperintahkan agar mencari wanita yang ridha menerima
mahar sedikit, walaupun laki-laki dianjurkan untuk memberikan mahar yang banyak
kepada calon istrinya seperti yang disebutkan dalam Q.S. An-Nisaa' ayat 4 :
"Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) dengan maskawin yang
menyenangkan ..."
Untuk mengetahui apakah calon istri materialis atau tidak, dapat dilakukan cara-cara antara lain:
1. Menanyakan
kepada teman-teman dekatnya atau tetangga dekatnya tentang sikap-sikapnya dalam
bidang materi. Misalnya, kita teliti apakah dia senang berteman dengan
orang-orang kaya saja atau juga dengan orang-orang miskin. Kita amati sikapnya
apakah mau meminjamkan sesuatu kepada orang yang miskin atau hanya mau
meminjamkan sesuatu kepada yang kaya. Kita amati juga apakah dalam menilai
keadaan seseorang ia hanya melihat sisi materinya atau ia lebih memperhatikan
sisi akhlaq dan kepandaiannya.
2. Mengamati
pola kehidupan keluarganya apakah mereka hanya bergaul dengan orang-orang kaya
atau dengan semua kalangan.
3. Mengujinya
dengan memberikan hadiah yang murah apakah apakah ia memberi komentar
menyepelekan atau tidak.
Dengan
cara-cara ini diharapkan laki-laki yang akan mempersunting seorang perempuan
dapat mengetahui dengan jelas apakah sifatnya materialis atau qana'ah (menerima
apa adanya) dan menjauhi kemewahan.
Laki-laki yang bertujuan mewujudkan keluarga islami dalam rumah tangganya, hendaklah benar-benar memilih calon istri yang tidak materialis. Hal ini dimaksudkan agar keluarganya dapat hidup berbahagia, sejahtera, penih ketentraman, kasih sayang sesuai dengan peraturan Islam.***
10. Senang Menyambung Ikatan Kerabat
Dalam
Hadits berikut disebutkan: Dari Maimunah ra, sesungguhnya ia telah memerdekakan
salah seorang budak perempuannya tanpa lebih dahulu minta izin kepada Nabi SAW.
Ketika tiba saat Nabi bergilir kepadanya, ia berkata: "Wahai Rasulullah,
apakah Tuan tahu bahwa saya telah memerdekakan budak perempuanku?"
Sabdanya: "Apakah engkau telah melakukannya?" Jawabnya:
"Ya" Sabdanya: "Alangkah baiknya kalau budak perempuan itu
engkau hadiahkan kepada paman-paman dari pihak ibumu karena pahalanya akan
lebih besar bagi dirimu." (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i)
Penjelasan :
Perempuan
yang baik untuk dijadikan istri adalah perempuan yang suka menjalin ikatan
silahturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Hadits di
atas menceritakan bahwa ketika Maimunah memberitahu Rasulullah SAW, bahwa
dirinya telah memerdekakan budak miliknya, beliau bersabda: "Alangkah
baiknya kalau budak perempuan itu engkau hadiahkan kepada paman-paman dari
pihak ibumu." Ini berarti bahwa Rasulullah SAW lebih menekankan perlunya
mempererat ikatan kekerabatan daripada sekedar membebaskan budak.
Peranan
seorang istri sangat besar dalam mempererat hubungan suaminya dengan keluarga
dan kerabatnya. Bila seorang istri suka menjaga dan memelihara hubungan dengan
kerabat-kerabatnya, baik dari pihaknya sendiri maupun dari puhak suaminya,
jaringan hubungan kekeluargaan akan menjadi luas, sehingga memudahkan mereka
untuk saling menerima dan memberi bantuan.
Kebanyakan orang, terutama para istri, tidak suka bila dia harus membantu atau menanggung beban hidup orang lain. Mereka lebih mengutamakan kesejahteraan keluarganya daripada membantu kerabat atau keluarga besarnya. Umumnya, perempuan lebih mengutamakan diri dan anak-anaknya dan cenderung kurang peduli dengan keluarga besarnya. Mereka khawatir kalau terlalu banyak membantu keluarga besar, kepentingannya tidak terpenuhi. Hal inilah yang sering merintangi para istri untuk bersikap lebih dermawan kepada keluarga besarnya, apalagi kepada keluarga besar suaminya.
Kita tak
boleh merasa tidak memerlukan uluran tangan keluarga atau kerabat kita, karena
sikap semacam ini hanya merugikan diri sendiri. Walaupun keluarga kita
berkecukupan, kita harus ingat bahwa kekayaan tidak bisa dinikmati selamanya.
Peristiwa-peristiwa mendadak yangbisa menghancurkan kekayaan dan kesejahteraan,
tidak dapat kita duga datangnya. Hal semacam ini kemungkinan besar tidak dapat
kita atasi sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu
siapakah yang kita harapkan dapat memberikan bantuan jika bukan dari keluarga
besar kita sendiri.
Sebuah
keluarga kaya misalnya, mereka merasa tidak memerlukan bantian lagi dari
keluarga besarnya, lalu bersikap acuh dan merendahkan. Suatu ketika keluarga
ini mengalami malapetaka, misalnya rumahnya terbakar habis sehingga tidak
tersisa harta sedikitpun. Pada saat semacam ini, siapakah yang diharapkan untuk
segera memberikan bantuan kepada dirinya jika hubungannya dengan keluarga
besarnya tidak baik? Dia akan menderita dan putus asa karena tidak ada orang
yang bisa diharapkan pertolongannya. Ia tidak bisa berharap kepada keluarga
besarnya karena selama ini tidak mau peduli kepada mereka.
Untuk mengetahui
seberapa jauh minat dan hasrat calon ustri terhadap upaya pemeliharaan ikatan
silahturahmi dengan keluarga, kita dapat menempuh cara-cara antara lain:
1. Menanyakan
kepada kerabat dekatnya apakah yang bersangkutan kenal, akrab dan sering
berkunjung atau tidak.
2. Menanyakan
kepada teman-teman perempuannya atau tetangga sekitarnya apakah dia berhubungan
baik dengan mereka atau tidak.
Karena
pentingnya keluarga besar dan kerabat bagi setiap keluarga, kita wajib
memperhatikan calon istri kita seberapa jauh ia mempedulikan kerabat dan
keluarga besarnya. Bila yang bersangkutan adalah orang yang selalu memelihara
dan menyuburkan ikatan silahturahmi dengan keluarga dan kerabatnya, perempuan
semacam ini baik dijadikan istri dan akan membawa berkah dalam membangun rumah
tangga kelak. Sebaliknya, jika dia tidak peduli dengan ikatan kekeluargaan,
kemungkinan besar perempuan semacam ini tidak akan memberikan berkah dalam
keluarga suaminya. Oleh karena itu, carilah istri yang suka memelihara ikatan
silaturahmi.***
11. Pandai Menyimpan Rahasia
Rasulullah
SAW bersabda dalam Hadits berikut :
"Sungguh wanita yang terbaik di antara wanita kamu
ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia,..."
(H.R.
Thusy)
Penjelasan:
Hadits
tersebut menerangkan ciri-ciri perempuan yang baik untuk dijadikan istri, salah
satunya ialah pandai menyimpan rahasia.
Rahasia adalah sesuatu yang tidak patut diketahui oleh orang lain. Apabila sesuatu yang diketahui oleh orang lain dapat menimbulkan kemarahan yang bersangkutan atau mengancam kepentingannya atau membuat malu, hal tersebut itu disebut rahasia.
Rahasia ada bermacam-macam, antara lain rahasia rumah tangga, rahasia kantor, rahasia bisnis, rahasia partai, rahasia negara, dan lain-lainnya. Semua rahasia tidak patut dibocorkan kepada orang lain karena hal semacam itu akan merugikan orang yang bersangkutan.
Kerugian yang diderita oleh orang lain tentu bergantung pada permasalahannya. Jika permasalahannya sangat peka karena menyangkut keamanan negara dan masyarakat, bahayanya pun akan sangat besar. Jika rahasia itu menyangkut pribadi seseorang, hal itu akan sangat merusak kredibilitasnya.
Seorang laki-laki dalam memilih istri harus memperhatikan sifat-sifat yang bersangkutan apakah ia termasuk orang yang pandai menyimpan rahasia atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, karena orang-orang yang tidak bisa menjaga lidahnya, tidak akan memperhatikan kerahasiaan suatu masalah yang dibicarakan. Apa saja yang diketahuinya dilontarkan kepada orang lain. Hal ini semacam ini tentu saja akan sangat merugikan kepentingan suami.
Seorang perempuan yang pandai menyimpan rahasia suami atau keluarganya akan dapat menjaga kehormatan suami dan keluarganya dengan baik, apalagi bila rahasia tersebut menyangkut kepentingan umum. Sebaliknya, istri yang tidak pandai menjaga rahasia suami dan keluarganya, tentu akan membuat aib bagi suami dan keluarganya, bahka dapat membahayakan keselamatan jiwa mereka. Seorang istri yang tidak pandai menjaga kehormatan dan kewibawaan keluarganya di hadapan orang lain atau di tengah masyarakat adalah orang yang kepribadiannya tidak sehat.
Istri yang tidak pandai menyimpan rahasia suami bisa merugikan nama baik suaminya. Misalnya, istri seorang pejabat yang mengurus kepentingan pemeriksaan pajak yang tidak pandai menjaga rahasia tugas suaminya akan merugikan kredibiltas suami. Ketika suami melakukan pemeriksaan pajak atau seorang pengusaha dan ditemukan adanya pelanggaran pengusaha tersebut dalam perpajakan, sehingga yang bersangkutan akan dapat dikenakan sangsi pidana, istri membocorkan rahasia tersebut kepada pengusaha yang diperiksa suaminya.
Istri yang tidak pandai menyimpan rahasia suami sangat membahayakan keselamatan suami dan keluarganya karena bisa saja rahasia penting suami dan keluarganya diketahui oleh orang lain, padahal tersiarnya rahasia tersebut dapat membahayakan keselamatan jiwa suami dan keluarganya. Misalnya, suaminya seorang petugas reserse yang tengah mengejar seseorang yang dianggap pengacau keamanan negara. Istri kemudian membocorkan hal ini kepada orang lain sehingga sampailah beritanya kepada yang bersangkutan. Sikap istri ini boleh jadi menyebabkan buron yang sedang dicari suaminya melarikan diri atau berusaha membunuh pengejarannya. Jika terjadi hall semacam ini, tentulah keamanan dan keselamatan suaminya dalam bahaya.
Pada
masa Muhammad Hatta menjadi wakil presiden RI tahun 1951, beliau dengan
Safrudin Prawiranegara sebagai menteri keuangannya mengambil kebijaksanaan
memotong nilai uang sampai 50%. Uang yang nilainya Rp. 5,- ke atas dipotong
50%. Kebijakan ini diputuskan oleh kabinet yang sidangnya dipimpin oleh wakil
presiden Muhammad Hatta.
Beberapa
hari kemudian setelah sidang ini, pemerintah mengumumkan kebijakan tersebut.
Pada saat keluar pengumuman tersebut, istri Bung Hatta berkata kepada beliau,
mengapa dia tidak diberi tahu bahwa pemerintah merencanakan pemotongan uang
sehingga nilainya tinggal 50%. Atas pernyataan istrinya, Bung Hatta tidak
menanggapi. Menurut Bung Hatta, hal ini menyangkut rahasia negara dan menjadi
kepentingan umum harus disimpan begitu rupa, sekalipun terhadap istrinya.
Sikap
Bung Hatta semacam ini patut menjadi pelajaran bagi kita betapa pentinya
kehati-hatian seseorang dalam menjaga rahasia walaupun terhadap istrinya
sendiri jika masalahnya menyangkut kepentingan negara atau masyarakat. Sudah
tentu Bung Hatta tidak bermaksud tidak mempercayai istrinya. Beliau menilai
bahwa persoalan yang dirahasiakannya jauh lebih penting dibandingkan dengan
hubungan seorang suami dengan istrinya.
Untuk
mengetahui apakah calon istri pandai menyimpan rahasia atau tidak, perlulah
diadakan penelitian terhadap yang bersangkutan. Cara-cara yang dapat ditempuh
antara lain:
1.
Menanyakan hal tersebut kepada teman-teman perempuan dekatnya. Bila
menurut teman-temannya ia ternyata tidak mampu menjaga rahasia dan sifatnya
tidak bisa diperbaiki, sebaiknya ia tidak dipilih menjadi istri. Misalnya,
dengan menanyakan apakah dia bisa memegang rahasia bila temannya bercerita
kepadanya dengan pesan agar tidak disampaikan kepada siapa pun, atau apakah dia
sering menceritakan aib seseorang kepada teman-temannya.
2.
Mengujinya dengan menceritakan sesuatu yang dianggap rahasia, kemudian
diselidiki apakah dia menyebarkan kepada orang lain atau menyimpannya untuk
dirinya sendiri.
Setelah
melakukan upaya untuk mengetahui kemampuan calon istri menyimpan rahasia dan
terbukti calon istri seorang yang bisa menjaga rahasia, ia bisa dipercayai
sebagai istri yang baik. Perlu kita ketahui bahwa orang yang kita percayai
sebagai istri bukan hanya dipercaya sebagai teman untuk memenuhi kebutuhan
biologis, melainkan juga dipercaya sebagai sahabat dalam segala urusan pribadi
yang menyangkut semua aspek kehidupan suami. Bila istri dapat memenuhi
persyaratan semacam ini, suami akan terbantu dalam mengemban tugas-tugas
penting dalam kerjanya, apalagi tugas-tugas yang penuh rahasia. Insya Allah, ia
akan mampu menjaga martabat dan kehormatan suaminya di hadapan orang lain dan
di tengah masyarakat.
Jadi,
karena menyimpan rahasia merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh
kebanyakan orang, laki-laki harus memperhatikan hal itu. Ia seharusnya memilih
calon istri yang pandai menyimpan rahasia. Insya Allah, segala kekurangan dan
aib rumah tangga tidak akan pernah diketahui orang lain, sekalipun mertua atau
kerabat dekatnya.***
12. Subur
Disebutkan dalam Hadits berikut:
Disebutkan dalam Hadits berikut:
"Kawinlah
dengan perempuan pecinta lagi bisa punya anak banyak (subur) agar aku dapat
membanggakan jumlahmu yang banyak di hadapan para nabi pada hari kiamat
nanti."
(H.R.
Abu Dawud dan Nasa'i)
Dari Ma'qil bin Yasar, ujarnya : Seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah SAW, lalu ujarnya : "Wahai Rasulullah, saya telah
mendapatkan seorang perempuan dari keturunan terhormat, kedudukan sosialnya
tinggi, dan
berharta, namun mandul. Bolehkah saya mengawininya?" Beliau melarangnya. Orang itu datang lagi kedua kalinya dan berkata kepada beliau seperti semula. Ia datang untuk ketiga kalinya, kemudian Rasulullah SAW bersabda
kepadanya : "Kawinilah oleh kalian wanita yang rasa cintanya besar dan subur, karena kelak aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat lain." (H.R. Abu Dawud, Nasa'i dan Hakim)
berharta, namun mandul. Bolehkah saya mengawininya?" Beliau melarangnya. Orang itu datang lagi kedua kalinya dan berkata kepada beliau seperti semula. Ia datang untuk ketiga kalinya, kemudian Rasulullah SAW bersabda
kepadanya : "Kawinilah oleh kalian wanita yang rasa cintanya besar dan subur, karena kelak aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat lain." (H.R. Abu Dawud, Nasa'i dan Hakim)
Penjelasan:
Kesuburan seorang perempuan ditentukan dari kemampuannya melahirkan anak. Seorang perempuan yang tidak dapat melahirkan anak banyak dikatakan kurang subur. Ukuran banyak menurut bahasa Arab adalah jumlah lebih dari dua.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa perempuan yang subur telah memberikan darma bakti yang sangat besar kepada agama. Darma bakti yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan duniawi, melainkan juga untuk kepentingan ukhrawi. Rasulullah menyatakan bahwa beliau di akhirat kelak akan mengumumkan perasaan bangganya di hadapan para nabi lain karena beliau mempunyai umat yang terbanyak di antara mereka.
Untuk dapat memperoleh umat yang terbanyak inilah Rasulullah SAW sangat menganjurkan supaya kaum muslimin mempunyai anak banyak. Agar maksud ini tercapai, kaum laki-laki muslimin hendaklah mengutamakan perempuan-perempuan yang subur memiliki kelebihan dunia dan akhirat dibandingkan dengan perempuan yang tidak subur.
Hadits tersebut dengan tegas memberikan petunjuk kepada para istri agar memiliki tekad kuat untuk melahirkan anak banyak. Hal ini perlu diperhatikan karena mereka akan memperoleh penghargaan yang tinggi di akhirat kelak. Mereka patut merasa bangga karena telah membantu Rasulullah SAW memperoleh kemuliaan yang tingggi di hadapan para nabi lainnya.
Istri yang diminta melahirkan anak yang banyak oleh suaminya tidak seharusnya merasa terbebani selama hal tersebut tidak mengancam kesehatan dan keselamatan jiwanya. Mereka harus menyadari bahwa usahanya telah
menyumbangkan amal shalih yang sangat berharga bagi kepentingan Islam. Dengan banyaknya jumlah umat Islam, insya Allah akan mudah bagi kaum muslimin menyiapkan sumber-sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam menangani berbagai masalah di dunia ini.
Memiliki istri yang subur dan mau melahirkan anak banyak akan memperoleh keuntungan duniadan akhirat. Keuntungan di dunia ialah martabat dan kemuliaannya dan istrinya terangkat oleh anak-anaknya bila mereka menjadi anak shalih. Akan tetapi, ia dan istrinya tidak akan mendapat kehinaan dan rasa malu bila mereka menjadi orang tidak baik.
Keuntungan di akhirat yang didapatkan olehnya dan juga istrinya adalah pahala amal shalih anaknya bila mereka telah meninggal, bahkan kelak mereka dapat menyelamatkan suami dan istri tersebut dari siksa neraka, sedangakn dosa anak tidak menambah dosa suami istri yang telah meninggal.
Adapun kerugian memiliki istri tidak subur ialah adanya
kemungkinan besar untuk tidak mendapatkan anak. Suami istri yang tidak
mempunyai anak tidak akan memperoleh keuntungan seperti yang didapat oleh
mereka yang mempunyai anak.
Untuk
mengetahui kesuburan calon istri dapat ditempuh cara-cara antara lain:
1.
Memperhatikan keturunnya apakah nenek dan ibunya termasuk perempuan
yang subur atau tidak.
2. Melakukan
tes kesehatan yang dewasa ini dengan mudah dapat menentukan subur atau tidaknya
seorang perempuan.
Dengan cara-cara sah semacam inilah, seorang laki-laki
dapat mengetahui kesuburan calon istrinya.
Kita harus mempunyai anak banyakuntuk memenuhi seruan
Rasulullah SAW seperti yang telah disebutkan dalam Hadits. Hal ini menunjukkan
bahwa anak yang kita miliki memberi nilai duniawi dan ukhrawi yang tinggi. Di
dunia anak-anak yang shalih menjadi kebanggaan orang tua; di akhirat mereka
dapat menyelamatkan orang tuanya dari ancaman siksa neraka. Selain itu, orang
tua yang mempunyai anak yang banyak akan memperoleh penghargaan dan pahala yang
besar karena telah memnuhi harapan Rasulullah.
Ringkasnya, setiap laki-laki muslim harus memperhatikan subur tidaknya perempuan yang hendak dijadikan istri. Tujuannya adalah supaya perkawinannya kelak benar-benar membawa keberuntungan bersama di dunia dan di akhirat. Dengan memiliki istri yang subur ia bisa melakukan amal shalih yang membawa kebahagian dunia akhirat.***
13. Tabah Menderita
Rasulullah
SAW bersabda dalam Hadits berikut :
"Sungguh wanita yang
terbaik di antara wanita kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang
rahasia, tabah menderita mengurus keluarganya,.."
(H.R. Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas menerangkan bahwa salah satu sifat baik
seorang perempuan ialah tabah menderita menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.
Segala bentuk derita yang dihadapinya tidak membuatnya putus asa sehingga lari
ke jalan
yang haram. Misalnya, karena kemelaratannya, ia menjadi pelacur atau mencuri. Sifat tabah menderita ialah kemampuan batin untuk tidak mengeluh dan putus asa menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.
yang haram. Misalnya, karena kemelaratannya, ia menjadi pelacur atau mencuri. Sifat tabah menderita ialah kemampuan batin untuk tidak mengeluh dan putus asa menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.
Setiap orang sangat mungkin menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan di dunia ini. Adakalanya seseorang tabah menghadapi penderitaan, namun adakalanya cepat berputus asa dan menjadi murung menghadapi kesulitan kecil sekalipun. Mental semcam ini tentu sangat merugikan yang bersangkutan karena orang yang mudah berputus asa atau murung mudah kehilangan semangat hidup dan lebih senang menghindari kesulitan walaupun dengan cara yang merugikan dirinya sendiri. Karena tidak sanggup menghadapi kesulitan ekonomi atau tidak bisa menyelesaikan ekonomi atau tidak bisa menyelesaikan pelajaran yang berat di sekolah misalnya, seseorang memakan obat penenang. Hal semacam ini tentu merugikan diri sendiri.
Salah satu sifat perempuan yang kurang baik untuk
dijadikan istri ialah tidak tabah menderita. Untuk itulah, Rasulullah SAW memberikan
petunjuk kepada laki-laki mu'min agar tidak mudah tertarik kepada sembarang
perempuan, yang akhirnya hanya akan menimbulkan penyesalan.
Dalam kehidupan berumah tangga boleh dikatakan hampir
selalu muncul kesulitan dan penderitaan. Keluarga yang kekurangan contohnya,
tentu mengalami kesulitan ekonomi saat diterpa krisis moneter. Contoh lain,
anak-anak berprilaku tidak baik tentu akan menimbulkan kejengkelan dan aib pada
orang tua.
Seorang suami yang istrinya tidak tabah menderita akan selalu dirongrong keluhan-keluhan walaupun hanya hal yang sepele. Suami tentu akan sangat terganggu dengan sikap istrinya. Sikap istri yang tidak dewasa menghadapi suatu masalah akan mengganggu ketenangan suami dan merusak konsentrasinya dalam menghadapi masalah yang lebih besar di luar rumahnya atau persoalan pekerjaannya. Hal ini dapat membuat prestasi kerja suami menurun atau suami jenuh tinggal di rumah. Hal-hal negatif semacam ini tentu dapat merusak keharmonisan rumah tangga. Bila keluarga semacam ini kelak mempunyai anak, sikap istri yang tidak dewasa mungkin akan berpengaruh tidak baik pada anak-anak. Hal-hal semacam ini tentu akan merusak suasana kebahagiaan keluarga dan pertumbuhan mental anak secara sehat.
Oleh karena itu, agar tercapai keharmonisan dan kebahagiaan
dalam membina keluarga setiap laki-laki yang akan memilih calon istri hendaknya
menyelidiki sifat ini pada diri yang bersangkutan. Cara yang bisa dilakukan
antara lain:
1.
Melihat pola kehidupan
yang bersangkutan dalam menghadapi kesulitan sehari-hari. Misalnya, kita amati
bagaimana sikapnya bila mengalami kekurangan makan apakah mereka mengatasinya
dengan berpuasa atau mengambil hak orang lain.
2.
Menanyakan kepada
keluarga dekat atau teman dekat atau tetangga dekatanya apakah yang
bersangkutan orang yang gampang putus asa atau tahan uji. Misalnya, kita amati
sikapnya ketika pembantu rumah tangga mengambil cuti apakah dia mau mengerjakan
rumah sendiri atau tidak.
Dengan cara-cara tersebut sifat perempuan yang ingin
dijadikan istri dapat diketahui. Bila dia ternyata mudah putus asa dan tidak
ada harapan untuk diperbaiki, sebaiknya perempuan semacam ini tidak dijadikan
istri. Akan tetapi,bila sifatnya negatif itu ada harapan untuk diperbaiki, kita
boleh menikahinya, lalu berusaha semaksimal mungkin menghilangkan sifat
tersebut sehingga kelak bisa menjadi perempuan yang tahan menghadapi kesulitan.
Ini perlu dilakukan, sebab adakalanya perempuan yang
semula terlihat mudah sekali murung dan berputus asa menghadapi kesulitan,
berubah sifat ketika sudah bersuami. Sifat negatifnya berubah karena suaminya
sabar membimbing mentalnya sehingga ia menjadi istri yang tabah menderita. Oleh
karena itu, perempuan yang sebelum menjadi istri terlihat pemurung dan mudah
berputus asa, brlum tentu akan tetap bersifat seperti itu kalau sudah menjadi
istri. Jadi, peran suami untuk mengubah sifat negatif istri sanagat besar. Usahanya mengubah sifat negatif akan
menciprumah tangga bahagia dan penuh ketentraman.
Ringkasnya, seorang laki-laki yang ingin memilih calon istri hendaklah mengutamakan perempuan yang tabah menderita. Perempuan semacam ini memiliki modal yang baik untuk menjadi istri. Ia dapat diharapkan mengantarkan suaminya ke alam kehidupan rumah tangga yang penuh kebahagian dan ketentraman.***
14. Bukan Pencemburu Buta
Disebutkan
dalam Hadits berikut:
Dari Abu Hurairah, telah sampai
kepadanya bahwa Nabi SAW bersabda: "Seorang wanita tidak boleh meminta
suaminya menceraikan istrinya (yang lain) supaya berkecukupan tempat makannya
(nafkahnya)."
(H.R.Tirmidzi)
Penjelasan:
Sifat cemburu berarti sifat curiga kepada orang lain karena
iri hati. Cemburu juga berarti tidak
senang melihat orang lain memperoleh kebaikan atau keberuntungan. Seorang
perempuan dikatakan pencemburu buta apabila ia selalu mudah mencurigai perempuan
lain akan merusak hubungannya dengan suami atau calon suaminya.
Hadits tersebut menerangkan adanya larangan bagi
perempuan mempunyai sifat mementingkan kesenangannya sendiri dan berusaha dan
berusaha menghilangkan kesenangan orang lain yang menjadi madunya. Sifat ini
termasuk dalam pengertian sifat cemburu buta dan sudah tentu sangat tercela,
baik dalam pandangan Islam maupun masyarakat.
Seorang perempuan yang bersifat cemburu buta dapat
menyulitkan langkah suaminya. Perempuan semacam ini selalu mencurigai setiap
perempuan yang dekat dengan suaminya atau yang berurusan dengan suaminya
sebagai orang yang akan merusak kebahagiaan dan merebut suami dari dirinya.
Sikapnya akan membuat suami mengalami berbagai kesulitan ketika menghadapi
perempuan lain yang berurusan dengan dirinya karena khawatir akan timbul
konflik dengan istrinya. Akibatnya, langkah dan gerak suami selalu terhalangi
sehingga kebebasannya untuk mengembangakan kemampuan usaha dan aktivitasnya
terganggu.
Karena sifat cemburu buta bisa membahayakan keselamatan dan
aktivitas suami, seorang laki-laki yang hendak memilih seorang perempuan
sebagai istri harus lebih dahulu mengamati dengan seksama sifat perempuan
tersebut.
Cara yang dapat ditempuh antara lain:
Cara yang dapat ditempuh antara lain:
1. Menanyakan perihal sifatnya kepada keluarga
dekatnya. Misalnya, kita amati ketika ibunya mengajak adik atau kakaknya
berbelanja apakah dia cemburu buta atau tidak.
2. Menanyakan perihal sifatnya kepada
tetangga dekatnya. Misalnya, kita amati bagaimana sikapnya ketika ibunya
mengajak anak tetangga berbelanja apakah dia cemburu buta atau tidak.
3. Meminta anggota keluarga kita yang
perempuan untuk menyelidiki dengan seksama sifatnya.
Bila ternyata perempuan yang kita maksudkan untuk
dijadikan istri mempunyai sifat cemburu buta, sebaiknya kita mengurungkan niat
kita. Akan tetapi, bilamana tingkat kecemburuannya masih dapat dierbaiki
sehingga tidak sampai
menekan orang lain, kita boleh melanjutkan keinginan kita untuk memperistrinya dan secara bertahap memperbaikinya hingga ia menjadi perempuan yang toleran.
menekan orang lain, kita boleh melanjutkan keinginan kita untuk memperistrinya dan secara bertahap memperbaikinya hingga ia menjadi perempuan yang toleran.
Para laki-laki yang ingin megambil seorang perempuan
menjadi istri hendaklah mengutamakan perempuan yag tidak memiliki sifat cemburu
buta. Tujuannya agar kelak tidak megalami percekcokan dan perseteruan dalam
kehidupan berumah tangga dan dapat terwujud rumah tangga yang sainah dan penuh
kasih sayang.***
15. Perangai dan Kata-katanya
Menyenangkan
Disebutkan dalam Hadits berikut:
"Tiga hal keberuntungan yaitu:
istri yang shalih; kalau engkau lihat, menyenangkanmu; dan kalau engkau pergi,
engkau merasa percaya bahwa ia dapat menjaga dirinya dan hartamu; kuda penurut
lagi cepatlarinya, yang dapat membawamu menyusul teman-temanmu; dan rumah besar
yang banyak didatangi tamu. Tiga hal kesialan yaitu: istri yang kalau engkau
lihat, menjengkelkanmu, ucapannya menyakiti kamu, dan kalau engkau pergi,
engkau merasa tidak percaya bahwa ia dapat menjaga dirinya dan hartamu; kuda
yang lemah; jika engkau pukul, bahkan menyusahkanmu; dan kalau engkau biarkan,
malah tidak dapat membawamu menyusul teman-temanmu; serta rumah yang sempit
lagi jarang didatangi tamu."
(H.R.
Ahmad. Hadits yang semakna dengan ini riwayat oleh Thabarani, Bazzar dan Hakim)
Penjelasan:
Maksud
Hadits di atas ialah tiga macam hal yang menjadi penunjang kebahagiaan hidup di
dunia yaitu istri yang shalihah, kendaraan yang bagus, dan rumah besar yang
banyak dikunjungi tamu.
Perangai menyenangkan merupakan sifat yang membuat orang
lain simpati dan gampang bersahabat. Orang yang berperangai menyenangkan
terlihat dari ekspresi wajah dan gerak-geriknya. Wajahnya selalu riang gembira
menghadapi orang lain dan sikapnya ramah dalam menerima orang lain. Orang yang
memiliki sifat dan sikap semacam ini akan membuat senang setiap orang yang
berhadapan dengan dirinya.
Seorang laki-laki yang ingin beristri tentulah
mengharapkan perempuan yang diidolakannya itubenar-benar dapat menjadikan
dirinya selalu berada dalam suasana ceria dan bahagia. Untuk mencapai hal ini,
sebelum seorang
laki-laki menjatuhkan pilihan kepada seorang perempuan untuk dijadikan sebagai istrinya, ia perlu meneliti apakah yang bersangkutan suka bertutur kata dan berperangai menyenangkan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan sebab
dalam kehidupan rumah tangga orang selalu mendambakan suasana senang bagaikan di dalam syurga walaupun tengah menghadapi krisis ekonomi atau ketiadaan harta. Suasana yang penuh ceria di dalam rumah tangga akan
memberikan dorongan kuat kepada anggota keluarga menghadapi berbagai kesulitan dan krisis. Suasana semacam ini membuat anggota keluarganya bisa mengatasi berbagai tantangan hidup.
laki-laki menjatuhkan pilihan kepada seorang perempuan untuk dijadikan sebagai istrinya, ia perlu meneliti apakah yang bersangkutan suka bertutur kata dan berperangai menyenangkan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan sebab
dalam kehidupan rumah tangga orang selalu mendambakan suasana senang bagaikan di dalam syurga walaupun tengah menghadapi krisis ekonomi atau ketiadaan harta. Suasana yang penuh ceria di dalam rumah tangga akan
memberikan dorongan kuat kepada anggota keluarga menghadapi berbagai kesulitan dan krisis. Suasana semacam ini membuat anggota keluarganya bisa mengatasi berbagai tantangan hidup.
Seorang istri yang selalu bertutur kata dan berperangai menyenangkan akan dapat menjadi obat mujarab bagi suami dan seluruh anggota keluarganya dalam membina ketabahan, keberanian dan keuletan menjalani kehidupan ini. Seorang istri yang menerima kedatangan suami dengan wajah ceria, tutur kata yang menyegarkan dan pelayanan yang menggembirakan misalnya, akan membangkitkan kembali semangat suaminya untuk menghadapi tantangan bisnisnya. Sebaliknya, bilamana istri menyambut kedatangan suami dengan sikap murung, tutur kata yang menyakitkan hati dan pelayanan yang buruk, mental suami akan semakin jatuh dan semangatnya untuk menghadapi kesulitan akan semakin hilang. Hal semacam ini sudah tentu akan merugikan seluruh anggota, karena orang yang menjadi tumpuan hidup keluarga sedang mengahadapi kesulitan berat.
Untuk mengetahui apakah calon istri kita berperangai dan
bertutur kata menyenangkan, kita dapat melakukan penelitian dan penyelidikan
dengan cara antara lain:
1. Mengutus anggota keluarga kita agar
menemuinya dengan sikap kurang bersahabat. Jika ia tetap menghadapinya dengan
wajah ceria dan sikap ramah tamah, perempuan tersebut termasuk orang yang
berperangai baik. Akan tetapi, bilamana dia menghadapinya dengan sikap dan
wajah tidak menyenangkan, berarti ia bukan perempuan yang berperangai baik.
2. Menanyakan kepada tetangga dekatnya
atau perempuan yang menjadi teman dekatnya apakah dia orang yang berperangai
dan bertutur kata baik ataukah sebaliknya. Kita amati sikapnya dalam berbicara
dengan tetangga atau teman-temannya apakah perangai dan tutur katanya baik atau
tidak.
Pengujian dan penelitian seperti di atas agar kelak kita
bisa mendapatkan istri yang kita dambakan dapat membina rumah tangga
yangmenjadi keinginan bersama. Kita sebaiknya mengetahui apakah perempuan yang
hendak dijadikan istri yang berperangai baik dan berperilaku luhur serta
bertutur kata menyenangkan ataukah sebaliknya. Dengan mendapatkan perempuan
yang berperilaku baik dan luhur ini berarti kita telah mendapatkan modal sangat
berharga dalam memasuki dunia rumah tangga. Insya Allah, istri semacam ini akan
membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ringkasnya, para lelaki yang hendak menginjakkan kakinya ke
dunia rumah tangga hendaknya mengutamakan perempuan yang memiliki sifat terpuji
di atas sebagai istrinya. Tujuannya agar kelak ia dapat menciptakan rumah
tangga yang penih bahagia seperti yang menjadi idaman setiap orang.***
16. Mudah Dilamar
Dalam
Hadits berikut disebutkan bahwa:
Rasulullah SAW
bersabda: "Sesungguhnya wanita yang membawa berkah yaitu bila ia mudah
dilamar, murah maskawinnya, subur peranakannya."
(H.R.Ibnu Hibban, Hakim, dan
lain-lain, dari 'Aisyah)
Penjelasan:
Hadits tersebut menerangkan ciri-ciri wanita yang membawa
berkah, yaitu mudah dilamar, murah maskawinnya dan subur peranakannya.
Mudah dilamar maksudnya menerima lamaran seorang laki-laki
muslim yang taat ibadah dan baik akhlaqnya tanpa mempersoalkan kekayaan, status
sosial, ketampanan dan pekerjaannya. Perempuan yang mudah dilamar juga tidak
akan menunda waktu perkawinan. Yang terpenting baginya, laki-laki yang datang
kepadanya benar-benar terbukti taat beragama. Perempuan yang ridla dilamar
laki-laki seperti itu akan mendapatkan limpahan karunia dan rahmat dalam
kehidupan rumah tangganya seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW dalam Hadits
di atas.
Seorang laki-laki tidak akan terbebani berbagai
persyaratan yang kemungkinan besar akan menghambat pernikahannya jika melamar
perempuan yang mudah menerima lamarannya. Ia bisa segera melangsungkan akad
nikah sehingga dapat menjauhkan dirinya dari godaan untuk melakukan perbuatan
maksiat.
Orang yang terhalang menyalurkan keinginan seksualnya secara
sah bisa terjerumus ke dalam penyelewengan seksual, seperti berzina atau paling
ringan melakukan onani. Hal semacam ini dapat dicegah bila yang bersangkutan
menikah secepatnya. Oleh karena itu, memilih wanita yang mudah dilamar
merupakan berkah bagi laki-laki yang melamarnya, juga bagi wanita yag
dilamarnya. Berkahnya, kedua belah pihak akan memperoleh penyaluran dorongan
seksualitas secara sehat dan halal sehingga tidak melakukan perbuatan yang
melanggar agama.
Wanita yang mengajukan berbagai persyaratan bila dilamar tidak akan membawa berkah dalam perkawinannya. Wanita semacam itu akan banyak menuntut suaminya agar memenuhi kesenangannya sehingga memberatkan beban rumah tangga.
Wanita yang mengajukan berbagai persyaratan bila dilamar tidak akan membawa berkah dalam perkawinannya. Wanita semacam itu akan banyak menuntut suaminya agar memenuhi kesenangannya sehingga memberatkan beban rumah tangga.
Ringkasnya, para pemuda khususnya dan kaun laki-laki umumnya hendaklah mencari wanita yang mudah dilamar untuk dijadikan istrinya.***
17. Besar Cintanya
Rasulullah SAW bersabda dalam Hadits berikut:
"Sesungguhnya wanita yang terbaik
di antara wanita kamu ialah yang subur, besar cintanya,..."
(H.R.
Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas menerangakan bahwa perempuan yang subur dan
besar cintanya kepada laki-laki yang menjadi suaminya adalah wanita yang baik.
Yang dimaksud dengan wanita yang besar cintanya adalah
wanita yang sepenuh hati mencurahkan segenap kasih sayang, kerinduan dan
kecintaannya kepada suami, Ia tidak mau membandingkan suaminya dengan laki-laki
lain, baik dalam urusan ketampanan, kekayaan, kedudukan, pekerjaan, pengetahuan
dan ketrampilannya. Ia benar-benar hanya mencintai suaminya dan menerima
kelemahan dan kelebihan suaminya.
Merupakan suatu rahmat besar bagi seorang laki-laki bila dia
mendapatkan wanita yang sangat mencintainya tanpa terpengaruh oleh keadaan
orang lain. Ia tidak akan pernah
mengecewakan atau membuat suaminya marah karena ia selalu membanggakan suami
dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada suami walaupun dalam keadaan
kekurangan. Istri semacam ini akan bisa menciptakan suasana rumah tangga
gembira dan penuh rasa bahagia.
Untuk mengetahui apakah calon istri besar cintanya atau
tidak, dapat dibuktikan ketika dipinang apakah dia segera menerimanya ataukah
menunda menerima dengan alasan yang tidak jelas. Bila ternyata ia segera
menerima dengan penuh kejujuran dan keikhlasan, bukan karena hendak menutup
malu atau lain-lainnya, hal itu dapat dijadikan salah satu tanda besar cintanya
kepada calon suaminya.
Jadi, karena wanita yang dapat mencintai suaminya dengan cinta
yang besar adalah ciri istri yang baik, hendaklah laki-laki memperhatikan
petunjuk Rasulullah SAW dengan baik. Ia hendaknya berusaha memilih calon istri
yang benar-benar mencintainya tanpa membandingkan keadaan dirinya dengan orang
lain. Tujuannya agar ia dapat menciptakan kehidupan rumah tangga yang sakinah
dan penuh kebahagiaan bersama istrinya.***
18. Patuh dan Taat
Rasulullah
SAW bersabda dalam Hadits berikut:
"Sesungguhnya wanita yang terbaik
di antara kamu ialah yang subur, besar cintanya, teguh memegang rahasia, tabah
menderita, mengurus keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi
suaminya, membentengi dirinya dari laki-laki lain, mau mendengar ucapan suami
dan menaati perintahnya, dan bila bersendirian dengan suaminya ia pasrahkan dirinya
pada kehendak suaminya, serta tidak berlaku dingin kepada suaminya."
(H.R.
Thusy)
Penjelasan:
Hadits di atas menerangkan ciri-ciri istri yang baik,
yang salah satunya ialah patuh pada ucapan suami dan taat dalam menjalankan
perintahnya serta menjauhi larangannya.
Yang dimaksud dengan patuh dan taat ialah kesungguhan
mengikuti dengan ikhlas perintah yang diberikan kepadanya dan menjauhi larangan
yang dikenakan kepadanya.
Perempuan yang patuh dan taat sangat menjaga diri untuk
tidak melanggar larangan agama dan larangan orang tuanya selama larangan itu
sejalan dengan syari'at Islam. Ia juga beusaha melaksanakan perintah agama dan
perintah orang tuanya yang tidak bertentangan dengan ketentuan agaama dengan
penuh keikhlasan dan ketulusan sesuai dengan kemampuannya.
Perempuan yang patuh dan taat pada agama dan orang tuanya kemungkinan besar akan patuh dan taat kepada suaminya kelak. Perempuan semacam ini akan dapat menciptakan ketentraman dan ketenangan suami dan rumah tangganya. Ia juga akan mendapat kepercayaan suaminya bila ditinggal pergi untuk mencari nafkah.
Laki-laki yang ingin mengetahui apakah calon istrinya,
orang yang patuh dan taat, dapat memperoleh informasi dari keluarganya, kerabat
dekatnya, teman dekatnya, atau tetangga dekatnya.
Kaum laki-laki, khususnya para pemuda, hendaklah memilih perempuan yang patuh dan taat agar cita-citanya membangun rumah tangga yang bahagia dapat terwujud segera dan berlangsung selama hayat.***
19. Hemat
Dalam
Hadits berikut disebutkan bahwa:
Rasulullah SAW bersabda: "Wanita
yang paling baik yaitu yang pandai mengendarai unta. Wanita Quraisy yang
terbaik yaitu yang besar kasih sayangnya kepada anak kecil dan panda mengurus
harta suaminya yang sedikit (miskin)."
(H.R.
Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits di atas menerangkan ciri perempuan yang baik,
yaitu pandai mengurus unta, sedangkan istri yang baik adalah istri yang hemat,
yaitu pandai mengelola pendapatan suami yang sedikit sehingga kepentingan
keluarga tercukupi.
Hemat yaitu pandai mencukupkan yang sedikit sehingga
keperluan hidupnya yang banyak sekalipun terpenuhi. Hemat sangat erat
hubungannya dengan ketelitian dalam membelanjakan uang sehingga hanya membeli
sesuatu yang diperlukan dan tidak membeli sesuatu yang mubazir dan sia-sia.
Keperluan setiap orang hanya dapat ditentukan oleh yang
bersangkutan. Keperluan yang digariskan oleh agama ada 3 macam:
1. Dlaruri, atau keperluan pokok yang
menyangkut hal-hal yang bisa mempertahankan kelangsungan hidup seseorang,
seperti makan, minum dan pengobatan.
2. Haaji, keperluan sekunder, yaitu untuk
menyempurnakan kualitas kehidupan seseorang sehingga kondisi hidupnya menjadi
lebih baik. Misalnya, lauk daging dan vitamin untuk menjaga ketahanan tubuh.
3. Tahsini, atau keperluan tersier, yaitu
keperluan yang tidak harus dipenuhi karena tidak menghambat atau mengancam
keselamatan diri. Mobil misalnya, untuk memudahkan seseorang bila hendak
bepergian.
Di antara ketiga keperluan tersebut, yang paling utama
adalah dlaruri (keperluan pokok). Dalam
memenuhi keperluan pokoknya seseorang harus bersikap hemat, apalagi memenuhi
keperluan sekunder dan tersiernya. Dengan bersikap hemat seseorang tidak akan
terjerumus ke dalam angan-angan dan khayal kenikmatan duniawi.
Dalam kehidupan rumah tangga sifat hemat pada istri dapat
mengelola harta suami. Suami yang bekerja keras mencari nafkah untuk
keluarganya ingin agar istrinya dapat mengatur penghasilannya sehingga
keperluan diri dan anak-anaknya tercukupi.
Seorang perempuan yang memiliki sifat hemat tentu pandai mengendalikan pengeluaran belanja keluarga. Ia tidak akan mau membeli sesuatu yang tidak terjangkau oleh penghasilan suaminya sehingga ia tidak perlu berhutang
untuk mencukupi keperluannya.
Bilamana seorang istri ridla menerima uang belanja yang
sedikit dan mampu mengelolanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, keluarga
semacam ini kemungkinan besar dapat menabung harta kekayaannya untuk
keperluan-keperluan masa depan mereka. Mereka dapat merencanakan hal-hal yang lebih baik bagi masa depan diri dan anak-anaknya karena memiliki bekal yang cukup.
keperluan-keperluan masa depan mereka. Mereka dapat merencanakan hal-hal yang lebih baik bagi masa depan diri dan anak-anaknya karena memiliki bekal yang cukup.
Seorang istri yang hemat akan pandai dan cermat
mengendalikan pengeluaran rumah tanggnya. Suaminya tidak akan terbebani dalam
mencari nafkah karena tidak dikejar-kejar oleh tuntutan istri yang kekurangan
belanja. Suami
akan selalu menyerahkan uang belanja kepada istrinya dengan senang hati berapa pun jumlahnya. Ia benar-benar percaya istrinya dapat berhemat dalam membelanjakan uangnya, sehingga dapat mencukupkan penghasilannya untuk semua kebutuhan rumah tangga.
akan selalu menyerahkan uang belanja kepada istrinya dengan senang hati berapa pun jumlahnya. Ia benar-benar percaya istrinya dapat berhemat dalam membelanjakan uangnya, sehingga dapat mencukupkan penghasilannya untuk semua kebutuhan rumah tangga.
Sebaliknya, istri yang boros akan merugikan suami dan
anak-anaknya. Istri semacam itu akan menuntut suaminya memenuhi segala
keinginannya sehingga suami selalu merasa tertekan. Keadaan semacam ini pasti
menimbulkan
konflik, bahkan anak-anak pun akan turut merasakan ketegangan. Akibatnya, anak-anak hidup dalam suasana penuh tekanan. Hal semacam ini tentu tidak dikehendaki siapapun, baik suami, istri maupun anak-anak.
konflik, bahkan anak-anak pun akan turut merasakan ketegangan. Akibatnya, anak-anak hidup dalam suasana penuh tekanan. Hal semacam ini tentu tidak dikehendaki siapapun, baik suami, istri maupun anak-anak.
Istri pemboros lebih mementingkan berfoya-foya daripada
menghemat harta kekayaan suaminya. Perilaku istri semacam ini bisa mendorong
suaminya untuk mendapatkan harta dengan segala macam cara, halal atau haram.
Hal semacam ini sudah tentu membahayakan dan merugikan suami.
Untuk mengetahui apakah calon istri hemat atau boros dapat
dilakukan penelitian melalui teman dekatnya, kerabat dekatnya, tetangga
dekatnya, atau dengan mengamati kebiasaannya membelanjakan uang. Jiak ternyata
ia sangat cermat dan berhati-hati dalam membelanjakan uang yang dipegangnya,
besar harapan ia kelak akan menjadi istri yang hemat.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mengamati kebiasaan
keluarganya apakah mereka biasa berlaku hemat atau sebaliknya. Akan tetapi,
kebiasaan suatu keluarga tidak bisa dijadikan tolok ukur mutlak. Adakalanya
suatu keluarga berlaku boros, namun ada di antara anak-anaknya yang hemat. Hal
ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi di masyarakat kita.
Setiap laki-laki mendambakan istri yang pandai
membelanjakan uang suami dengan baik dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Ia
tidak berhutang ke kanan dan ke kiri sehingga dapat menjaga kehormatan suami di
mata orang lain dan meringankan beban suami dalam mencari nafkah. Oleh karena
itu, setiap laki-laki sebaiknya memilih calon istri yang hemat dan pandai
membelanjakan harta suami. Insya Allah, dengan memiliki istri yang hemat rumah
tangga akan mencapai kebahagiaan, kasih sayang, kemesraan dan keceriaan.***
20. Besar
Kasih Sayangnya kepada Anak Kecil
Dalam Hadits berikut disebutkan bahwa: Rasulullah SAW
bersabda:
"Wanita yang paling baik
yaitu yang pandai mengendarai unta.
Wanita Quraisy yang terbaik yaitu yang besar kasih sayangnya kepada anak kecil
dan pandai mengurus harta suaminya yang sedikit (miskin)."
(H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Maksud Hadits di atas ialah perempuan yang pandai
mengendarai unta adalah perempuan yang pandai mengurus keluarganya; dan
perempuan yang paling baik adalah yang paling besar kasih sayangnya kepada
anak-anak. Kasih sayang kepada anak kecil dapat ditunjukkan dengan perhatian
besar kepada anak-anak, senang berkumpul dengan mereka, akrab bergurau dan
bercanda dengan mereka, sabar menghadapi tingkah laku mereka dan gembira
membimbing dan mengasuh mereka.
membimbing dan mengasuh mereka.
Sifat semacam ini perlu ada pada calon istri dan calon ibu.
Mereka kelak akan melahirkan anak-anak yang memerlukan kasih sayang dan cinta
yang besar dari ibunya. Perempuan yang besar kasih sayangnya kepada anak-anak
memudahkan pertumbuhan emosi anak-anak dan perkembangan kepribadiannya ke arah
yang positif. Anak-anak semacam ini kemungkinan besar terbebas dari tekanan
batin sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat mental dan emosinya.
Seorang ayah yang memiliki anak-anak semacam ini akan mudah mendidik dan
mengasuh mereka karena ibunya bisa
membantu mendidik mereka dengan baik. Beban suami menjadi ringan karena istrinya
mampu memikul tanggung jawab dengan baik dalam mengasuh anak-anaknya dengan
penuh kasih sayang.
Laki-laki yang bermaksud menikahi seorang perempuan,
hendaklah memperhatikan sifat ini pada diri calon istrinya. Jika ternyata calon
istri memlilki sifat semacam ini, laki-laki tersebut sangat beruntung.
Anak-anaknya kelak dapat dipastikan memperoleh asuhan, pemeliharaan,
perlindungan dan bimbingan dari seseorang yang benar-benar bersedia berkorban
demi anak-anaknya yang dicintainya. Ia tidak akan mengeluh saat mengasuh dan
menghadapi kenakalan anak-anaknya. Ia menghadapi kenakalan anaknya dengan
perasaan ringan dan penuh kesabaran, sehingga anak-anaknya berkembang dengan
penuh kebebasan dan keceriaan di rumah dan di
lingkungannya. Hal ini sangat membantu suami untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga secara maksimal.
lingkungannya. Hal ini sangat membantu suami untuk mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam memenuhi kebutuhan keluarga secara maksimal.
Untuk mengetahui seberapa jauh calon istri mempunyai kasih
sayang kepada anak-anak dapat dilakukan pengamatan dan penyelidikan melalui
cara-cara sebagai berikut:
1. Mengamati pergaulannya dengan anak-anak
apakah ia sabar bergaul dengan anak-anak atau tidak.
2. Menanyakan kepada teman-teman dekatnya
atau kepada kerabat dekatnya, atau kepada tetangga dekatnya atau kepada
adik-adiknya apakah ia memiliki sifat tersebut atau tidak.
Karena anak-anak sangat membutuhkan ibu yang besar kasih
sayangnya kepada mereka, setiap laki-laki yang hendak mengambil seorang
perempuan sebagai istrinya hendaklah mengutamakan yang besar kasih sayangnya
kepada anak kecil. Istri semacam ini besar harapan dapat mendampinginya untuk
membina rumah tangga yang penuh dengan suasana gembira, ceria dan bahagia.***
Wassalaamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh
Langganan:
Postingan (Atom)